12 Desember 2011

Pengaruh + Kekuasaan = Korupsi

"Nearly all men can stand the test of adversity,
but if you really want to test a man's character, give him power"
-
Abraham Lincoln-


Setiap membuka TL twitter, status facebook, koran, dan televisi, saya merasa informasi tentang korupsi berserakan di mana-mana. Misalnya saja, saat ini TL twitter saya sedang disesaki oleh penangkapan Nunun Nurbaeti oleh KPK. Kemarinnya, heboh perayaan hari antikorupsi dan ditemukannya saldo miliaran rupiah di rekening PNS muda. Kemarinnya lagi, ramai anggota DPR mengajukan hak interpelasi untuk remisi terpidana korupsi. Belum lagi terpilihnya Abraham Samad sebagai ketua KPK baru.

Hampir setiap hari ada berita baru tentang korupsi. Mungkin ini merupakan hal yang baik untuk upaya pemberantasannya. Selain penegakan hukum, norma budaya juga merupakan kontrol yang penting dalam pemberantasan korupsi. Jadi, nyinyir di twitter tentang korupsi, komentar pedas terhadap link berita korupsi di facebook, membalas email di milis tentang korupsi mungkin dapat menjadi upaya kita membangun norma budaya antikorupsi.

Bukannya apa-apa, beberapa hari lalu Natalia Soebagjo dari Transparency International Indonesia mengatakan bahwa kelas menengah cuek terhadap korupsi di Indonesia. Menurutnya, semangat antikorupsi lebih banyak disuarakan LSM dan belum tertular kepada lapisan kelas menengah secara menyeluruh. Danang Widiyoko dari ICW mengatakan bahwa kelas menengah cenderung apatis dan pragmatis terhadap pemberantasan korupsi. Hal ini perlu dikhawatirkan karena seharusnya kaum kelas menengahlah yang memegang kunci perubahan. Kepedulian antikorupsi memang perlu dibangkitkan lagi.

Salah satu cara meningkatkan kepedulian antikorupsi ialah dengan memperluas dan memperdalam pemahaman dampak korupsi terhadap masyarakat. Kelas atas dapat membayar pihak legislatif untuk mengubah regulasi dan kelas menengah juga dapat menyogok birokrat untuk layanan publik. Kaum miskinlah yang paling disengsarakan karena tidak memiliki pilihan. Memberikan sogok memang terlihat memiliki biaya rendah dibandingkan membuang waktu melayani birokrasi yang tidak efisien. Meskipun begitu, korupsi menimbulkan eksternalitas negatif seperti pajak yang tersembunyi. Ia meningkatkan biaya masyarakat secara keseluruhan.

Beberapa cara mengurangi korupsi antara lain melalui pengawasan top-down dan bottom-up. Benjamin Olken, ekonom asal Inggris, meneliti efektivitas kedua jenis upaya pengawasan korupsi ini di Indonesia. Melalui penelitian terhadap proyek Bank Dunia dalam pembuatan jalan di 608 kecamatan, Olken membandingkan antara perhitungan biaya proyek oleh pihak independen dengan biaya proyek yang dilaporkan pemerintah daerah. Kemudian Olken membagi dua kelompok perlakuan, sekelompok kepala proyek diberitahu akan ada audit dari Badan Pemeriksa Keuangan Pusat (top-down) dan pada kelompok lain diberitahu akan ada pengawasan dari masyarakat (bottom-up).

Hasil penelitian Olken menunjukkan bahwa pengawasan top-down ternyata lebih banyak menghemat biaya dibandingkan dengan pengawasan bottom-up. Lebih lanjut, penghematan biaya oleh audit pusat bahkan lebih besar dibandingkan biaya audit itu sendiri. Hasil ini juga sejalan dengan kesuksesan KPK sebagai lembaga terpusat dalam upaya pemberantasan korupsi dalam beberapa tahun terakhir. Sejalan dengan penelitian ini juga, beberapa pengadilan Tipikor luar Jakarta  yang kurang efektif menjerat koruptor perlu dipindahkan prosesnya ke Jakarta.

Shaffi Mather, seorang wirausahawan sosial dan pengacara dari India, melakukan inovasi yang menarik dalam upaya pemberantasan korupsi secara bottom-up. Terinspirasi oleh komedi fiksi sains tahun 80-an, Ghost Buster, Mather mendirikan Bribe Buster, sebuah bisnis pemberantasan korupsi di India. Idenya ialah apabila seseorang atau sebuah badan yang ingin berurusan dengan pemerintahan India, maka mereka dapat menyewa jasa Bribe Buster untuk mendampingi pengurusan ini agar tidak diperas atau diminta sogok. Bribe Buster akan menyediakan argumen hukum yang berlaku untuk menakuti oknum pemerintah yang meminta sogok ini.

Shaffi Mather: A new way to fight corruption

Misalnya saja, kalau seseorang ingin mengurus paspor di India, maka biasanya orang ini akan dimintai uang sogok sebesar 3000 rupee atau sekitar 520 ribu rupiah. Dengan menggunakan jasa Bribe Buster, ia hanya perlu membayar 200 rupee atau sekitar 35 ribu rupiah dan ia akan mendapatkan pendampingan untuk menjaga proses pengurusan paspor ini. Hasilnya ialah penghematan signifikan biaya pengurusan paspor dan korupsi pemerintahan dapat diberantas. Pada tahun 2009, sebanyak 42 klien telah berhasil dimenangkan oleh Bribe Buster dan biayanya lebih murah dibandingkan menuruti permintaan sogok pegawai pemerintah.

Saya sendiri sering merasa kesal melihat orang-orang yang sewaktu muda memiliki idealisme tinggi, tetapi ketika mereka berkuasa, idealisme mereka luntur. Beberapa di antara mereka bahkan terindikasi korupsi. Apakah memang mereka dari sananya tidak bermoral? Apakah mereka munafik? Ataukah lapangnya kesempatan menyebabkan mereka ‘terpaksa’ melakukan korupsi? Sebelumnya, aktivis mahasiswa angkatan '66 yang lantang berdemo menurunkan Soekarno tumbang satu demi satu, di sana sini terkena tuduhan korupsi. Saat ini, beberapa aktivis mahasiswa angkatan ‘98 yang dulu lantang berdemo menurunkan Soeharto juga mulai tumbang satu demi satu dalam jerat korupsi.

Lebih dari dua abad lalu, Lord Acton telah mengatakan bahwa kekuasaan cenderung korup. Power tends to corrupt. Belakangan, saya mengetahui dari studi perilaku manusia bahwa pernyataan Lord Acton ini memang merupakan perilaku manusia. Pengaruh dan kekuasaan tidak hanya memperluas kesempatan korupsi, tetapi menciptakan semacan rabun moral terhadap orang yang berkuasa tersebut. Joris Lammers dan Adam Galinsky mengadakan serentetan eksperimen pada beberapa relawan dan membaginya menjadi dua kelompok. Sekelompok diatur sedemikian sehingga keadaan pikiran merasa berkuasa, kelompok lainnya dibuat sehingga keadaan pikirannya merasa tidak berkuasa.

Pengujian sikap moral terhadap kedua kelompok ini menunjukkan bahwa kelompok relawan yang merasa berkuasa cenderung merasa lebih berhak melakukan kecurangan dibandingkan relawan yang merasa tidak berkuasa. Kesimpulan penelitian Lammers dan Galinsky ialah bahwa orang yang merasa berkuasa akan cenderung korup. Selain itu, kekuasaan juga meningkatkan kecenderungan sifat munafik dalam standar moralitas. Maksudnya, orang yang berkuasa berpandangan bahwa standar moral orang lain harus lebih tinggi dibanding standar moral dirinya sendiri. Sederhananya, kalau saya berkuasa, maka saya berhak melakukan korupsi, sedangkan orang lain yang tidak berkuasa, maka tidak berhak melakukan korupsi.

Saya jadi berpikir, kalau memang pada dasarnya pikiran manusia memiliki sirkuit perilaku seperti itu, artinya kita semua tidak kebal terhadap korupsi. Tidak peduli bagaimana jujurnya kita, bagaimana idealisnya kita, bagaimana tulusnya kita, ketika memiliki kekuasaan dan pengaruh, kita akan cenderung untuk melakukan korupsi. Mungkin itu temuan intrapersonal paling penting: menyadari bahwa saat memiliki pengaruh dan kekuasaan, kita akan munafik dan cenderung akan korup.

Manusia suci mungkin memang tidak pernah ada, tapi bagaimana dengan masyarakat adil? Saya tidak mau menyerah..

27 November 2011

Cinta dan Perkawinan Menurut Plato

Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana
saya bisa menemukannya?”

Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas di depan sana.
Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah
satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling
menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta."

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.

Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"

Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat
berjalan tidak boleh mundur atau berbalik kembali. Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat aku lanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwa ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya."

Gurunya kemudian menjawab " Jadi ya itulah cinta."

***

Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?"

Gurunya pun menjawab "Ada hutan yang subur di depan sana. Berjalanlah
tanpa boleh mundur kembali atau menoleh, dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.

Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?"

Plato pun menjawab, "Sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya ke sini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya."

Gurunyapun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan."


Oldies but goodies. Di-forwardkan kembali setelah tersimpan lama di email oleh seorang teman yang sedang galau

24 November 2011

Korupsi (tapi) Budaya Khas Indonesia

Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama!
(Soekarno)


“KORUPSI” adalah trending topic di Indonesia pada beberapa tahun belakangan. Mulai dari media konvensional macam koran, televisi, radio, hingga media sosial macam Twitter dan Facebook membanjiri kita dengan berbagai berita korupsi. Terus terang saya mulai bosan dengan omongan ‘pakar’ tentang korupsi. Meskipun saya sepakat bahwa korupsi merupakan hal yang salah dan patut diberantas, tapi apa korupsi benar-benar bisa hilang dari Indonesia?

Karena, kalau boleh jujur, korupsi sangat dekat dengan realita kehidupan kita. Untuk mengurus KTP, kita memberikan uang lelah pada Petugas Kelurahan sebagai ganti ‘kerepotannya’ (tanpa diminta). Ketika ditilang, kita menyelipkan lima puluh ribu rupiah saat menunjukkan SIM dan STNK kepada Polantas. Kita juga setengah bangga memajang kiriman parsel lebaran dari supplier perusahaan kita. Dalam hati kita berkata, “Hey, ini bukan korupsi, tapi budaya ramah tamah, kekeluargaan, gotong royong khas Indonesia. Lagi pula, kalau pemberian dilakukan dengan ikhlas maka akan diterima di sisi-Nya.”

Menjadi kontradiksi saat mengikuti dan mengomentari media massa dan media sosial, kita mengutuk keras perilaku korupsi aparat pemerintah yang menerima kick-back dari rekanan tender, para anggota DPR yang memperjualbelikan pasal, para polisi, jaksa, dan hakim makelar kasus, para devil advocate pembela klien koruptor, dan para pengusaha yang tertangkap tangan oleh KPK membawa uang sogokan tunai. Mereka ‘oknum’ koruptor adalah penjahat dan harus dihukum seberat-beratnya. Sedangkan, kita sendiri adalah korban atas ulah mereka.

Apakah mengutuk koruptor sambil menonton acara Indonesian Lawyer Club, sementara tetap memberikan uang lelah bagi petugas kelurahan bisa dikatakan sebagai sikap hipokrit alias munafik? Ah, terlalu kasar kedengarannya bagi bangsa Indonesia yang halus tutur kata budi bahasanya ini. Tapi jangan khawatir, beberapa ahli neurosains memang berteori bahwa kemunafikan merupakan sifat yang alami pada manusia.

Robert Kurzban, seorang ahli psikologi evolusi dari Princeton, dalam bukunya yang menarik, “Why Everyone (Else) Is a Hypocrite: Evolution and the Modular Mind” berpendapat bahwa evolusi manusia membuat pikirannya menjadi sangat canggih dan kompleks. Karena kompleksitasnya, pikiran manusia terdiri dari berbagai modul yang tidak koheren satu sama lain. Inkoherensi modul-modul pikiran inilah yang menjelaskan mengapa sikap munafik menjadi sesuatu yang tertanam dalam pikiran manusia.

Sementara di satu sisi moralitas menjadi modul panduan supaya kita tidak melakukan tindakan tidak bermoral (termasuk korupsi), di sisi lain modul pikiran lain dapat memerintahkan kita untuk mengambil keuntungan di atas kerugian orang lain. Masing-masing modul pikiran ini tanpa disadari tidak bertalian logis satu dengan lainnya, bahkan bisa saling bertentangan. Apa yang terlihat dari luar adalah ketidaksinkronan antara sikap dan perbuatan. Kesimpulan Kurzban, sifat munafik pada dasarnya kompetisi yang secara alamiah terjadi pada level pikiran. Hasilnya, standar moral memang membuat kita memenuhi time-line twitter dengan cercaan terhadap koruptor, tapi kita tetap menerima legowo ‘oleh-oleh’ dari para supplier kita.

Why Everyone (Else) Is a Hypocrite: Evolution and the Modular Mind

Dari kacamata evolusi perilaku, tindakan koruptif malah menjadi rasional apabila dilakukan ‘berjamaah’. Ketika banyak orang lain melakukan korupsi dan mendapatkan keuntungan dari tindakan ini, menjadi orang yang tetap jujur malah menjadi pilihan yang tidak rasional, bahkan tidak menguntungkan. Hal ini menyebabkan penurunan frekuensi perilaku jujur pada lingkungan koruptif.  Dari sudut pandang evolusi, perilaku jujur menjadi tidak fit dan sintas dalam lingkungan koruptif. Pendeknya, dari perspektif evolusi perilaku, kebiasaan korupsi dapat berkembang biak sangat cepat dibandingkan sifat jujur apabila telah mencapai massa kritis tertentu.

Sudut pandang evolusi perilaku terhadap korupsi ini menjelaskan bagaimana budaya sekitar dapat mempengaruhi tingkat korupsi. Setiap tahun Transparency International merilis Corruption Perception Index (CPI) yang merupakan penilaian tingkat korupsi di sektor publik setiap negara. Tahun 2010, Denmark, Selandia Baru, dan Singapura memiliki nilai index tertinggi (terbaik), yaitu sebesar 9,3. Sedangkan negara dengan index persepsi korupsi terendah (terburuk) adalah Somalia (1,1), Burma (1,4), dan Afganistan (1,4). Indonesia sendiri memiliki nilai indeks persepsi korupsi 2,8.

Corruption Perception Index result 2010

Bagaimana hubungan antara index persepsi korupsi dengan perilaku korupsi di masyarakat sehari-hari ini? Abigail Barr, seorang ekonom Oxford, meneliti sekelompok mahasiswa Oxford dari berbagai negara tentang seberapa mungkin mereka menyogok petugas pelayanan umum di Inggris untuk dapat keuntungan lebih. Kesimpulannya, ternyata probabilitas mahasiswa sarjana mau menyogok demi keuntungan lebih memiliki korelasi dengan index persepsi korupsi asal negaranya. Berdasarkan kesimpulan ini, orang Denmark, Selandia Baru, dan Singapura cenderung untuk tidak menyogok untuk mendapatkan keuntungan dibandingkan orang Somalia, Birma, dan Afganistan, juga termasuk Indonesia.

Di New York, Raymond Fishman dan Edward Miguel melakukan penelitian sejenis terhadap para diplomat berbagai negara untuk PBB. Sebelum tahun 2002, kekebalan diplomatik melindungi diplomat PBB dari denda pelanggaran parkir di kota New York. Hal ini membuat faktor penegakan hukum tidak dapat mengontrol perilaku koruptif dan menyisakan hanya norma budaya untuk menangkal korupsi. Ternyata, penelitian Fishman dan Miguel juga memberikan kesimpulan yang sama dengan penelitian Barr.

Hasilnya, para diplomat Denmark tidak melakukan pelanggaran parkir sama sekali, Selandia Baru memiliki 0,1 pelanggaran/diplomat, dan Singapura memiliki 3,6 pelanggaran/diplomat. Tidak ada data untuk tiga negara dengan indeks persepsi korupsi terburuk, tetapi Indonesia sendiri memiliki 36,5 pelanggaran/diplomat. Setelah tahun 2002, kekebalan diplomatik terhadap denda parkir ini dihilangkan dan pada tahun 2011 ini, hutang denda akibat pelanggaran parkir para diplomat Indonesia untuk PBB di New York sempat menjadi terbesar ke-3, sebesar 750 ribu dollar alias 6,7 miliar rupiah!

Denda Parkir Diplomat New York

***

Apakah wajar kita menolak pemberian orang yang bermaksud ramah tamah? Seorang teman mengatakan bahwa petugas badan antikorupsi menolak minuman air putih saat berkunjung ke tempatnya. Sopankah perilaku ini di negara dengan budaya konformitas dan kohesi sosial yang tinggi seperti Indonesia? Masa menyajikan air putih saja saja dibilang menawarkan korupsi?

Saya punya teman seorang Amerika. Meskipun telah tinggal belasan tahun di Indonesia, ia tidak bisa memahami perilaku orang Indonesia. Pada minggu pertama kedatangannya di Indonesia, mobil yang ia tumpangi ditilang polisi. Saat supirnya akan memberikan uang ‘titip sidang’ kepada Polantas, ia kaget dan mencegahnya. Ia minta polisi itu tetap menilang supir mobilnya.

Dalam diskusi beberapa bulan lalu, teman Amerika ini mengklaim tidak pernah melakukan kegiatan sogok sedikitpun di Indonesia selama belasan tahun di Indonesia. Sebuah klaim yang terus terang sulit saya percayai. Ia berargumen tanpa maksud menghina, “’Kekeluargaan’ is a slippery slope. Once you slip in it, you will race to the bottom.

Nah lho.. Saya jadi bingung: apa pemberantasan korupsi berarti melunturkan budaya khas Indonesia?

Inspirasi:
The underhand ape: Why corruption is normal
Corruption and culture: An experimental analysis
Corruption Perception Index Result 2010
Why Everyone (Else) Is a Hypocrite: Evolution and the Modular Mind
Corruption, Norms, and Legal Enforcement: Evidence from Diplomatic Parking Tickets

24 Oktober 2011

Celotehan tentang Budaya Alkohol (Bagian 2)

Oktoberfest in Munich

Upaya memahami hubungan alkohol dan perilaku seseorang dimulai dari menyadari adanya variasi budaya. Seseorang mendapatkan konsepsi tentang minuman beralkohol melalui norma masyarakat di mana ia tinggal. Faktor sosial dan ritual memiliki pengaruh sangat penting dalam budaya alkohol.

Minum minuman beralkohol memiliki fungsi sosial yang penting. Social drinking merupakan budaya minum minuman beralkohol dengan tujuan sosial tanpa maksud untuk mabuk. Sajian makanan pada perayaan umumnya dilengkapi dengan minuman beralkohol. Menawarkan minuman beralkohol secara cuma-cuma dianggap sebagai keramahan bagi tamu di beberapa tempat. Salah satu puncak perayaan sosial terhadap alkohol adalah festival bir tahunan. Oktoberfest di Munich merupakan festival bir terbesar di dunia dihadiri oleh jutaan orang dari seluruh dunia.

Tingkat konsumsi alkohol perkapita tiap daerah memiliki variasi yang sangat luas. Dari survei 188 negara, Moldova merupakan negara dengan tingkat konsumsi tertinggi (18,2 L perkapita), diikuti dengan Cheko dan Hongaria yang ketiganya sama-sama berada di Eropa Timur. Di antara negara Asia, Korea Selatan memegang tingkat konsumsi tertinggi no. 13 (14,8 L perkapita). Di antara negara mayoritas Muslim, Nigeria merupakan yang tertinggi, yaitu negara ke-28 (12,28 L perkapita). Indonesia sendiri berada pada negara ke-172 (0,59 L perkapita).

Permasalahan terkait alkohol tidak otomatis berhubungan langsung dengan tingkat konsumsi alkohol. Permasalahan terkait alkohol ini justru lebih terkait dengan bagaimana suatu etnis dan kebudayaan menangani alkohol. Setiap masyarakat memiliki kepercayaan dan aturan mengenai minuman beralkohol dan mempengaruhi bagaimana sikap terhadapnya.

Permasalahan terkait alkohol menjadi sangat kecil dalam budaya dengan penyikapan alkohol yang terintegrasi dengan ritual agama, kebiasaan sosial, dan kendali pribadi dan sosial sangat baik. Beberapa studi antropologi mengungkapkan bahwa kekerasan terkait alkohol tidak berhubungan langsung dengan alkohol itu sendiri. Orang dalam pengaruh alkohol melakukan kekerasan akibat perilaku yang dipelajarinya hasil meniru orang lain.

Orang Italia memiliki budaya minum secara luas, tetapi memiliki tingkat masalah alkohol yang rendah. Tingkat konsumsi alkohol negara Italia memang relatif tinggi (10,7 L perkapita), tetapi budaya Italia telah mengintegrasikan alkohol dalam norma sosialnya. Sejak kecil, anak-anak diajari bagaimana minum minuman beralkohol sebagai bagian kehidupan normal mereka, biasanya saat makan. Tingkat konsumsi alkohol diatur, orang tidak dipaksa secara sosial untuk minum, dan penolakan tawaran minum tidak dipandang sebagai penghinaan. Budaya minum Italia merefleksikan kedekatan sosial sebagaimana adanya, bukan usaha untuk mencapainya. Perilaku budaya inilah yang membuat alkohol dalam budaya Italia kurang berdampak negatif.

Italian Culture on Alcohol and Children

Beberapa studi menunjukkan gender juga mempengaruhi konsumsi alkohol. Pria cenderung lebih banyak mengonsumsi alkohol dibandingkan wanita. Di samping itu, penyalahgunaan alkohol juga sering terkait dengan kekerasan seksual pria terhadap wanita. Kaitan semu antara alkohol dan kejantanan menjadi faktor utama yang menyebabkan perbedaan konsumsi alkohol antargender ini. Padahal sejak lima abad lalu, Shakespeare telah mengatakan tentang alkohol, “It provokes the desire but it takes away the performance.”

Alkohol dan Sikap

Dengan globalisasi yang terjadi saat ini, seluruh budaya akan berinteraksi antara satu dengan lainnya. Tentunya budaya alkohol satu juga akan berinteraksi dengan budaya alkohol lainnya. Perbedaan pandangan terhadap alkohol sudah pasti akan timbul dan membutuhkan sikap yang tepat.

Pelarangan pemerintah terhadap alkohol atau pembatasan ketersediaannya di pasaran bukan merupakan solusi yang tepat. Hal ini malah menimbulkan fenomena pasar gelap dan ekonomi bawah tanah, seperti yang terjadi pada Volstead Act di Amerika Serikat pada tahun 1920-an. Pada masa ini, kejahatan terorganisasi meningkat drastis akibat peningkatan cadangan uang para mafia hasil dari penyelundupan alkohol, seperti misalnya yang dilakukan oleh Al Capone dan Mickey Duffy.

Pemahaman dan penyikapan variasi budaya alkohol menjadi penting. Pada Islam dan budaya lain yang membatasi alkohol, hal ini menjadi lebih penting. Dengan tetap berkeyakinan untuk tidak mengonsumsi alkohol, toleransi terhadap budaya yang terbuka pada alkohol menjadi penting dalam diversitas budaya global.

Sebaliknya, budaya yang terbuka pada alkohol juga perlu memahami dan bertoleransi terhadap budaya yang tertutup terhadap alkohol. Dengan sikap ini, moga-moga kepercayaan dan perilaku seseorang terhadap konsumsi alkohol tidak mempengaruhi penerimaan sosial terhadapnya. Saya beberapa kali mengalami situasi di mana seorang yang tidak mengonsumsi alkohol mengalami tekanan sosial saat bergaul dengan komunitas yang sedang mengonsumsi alkohol.

Aturan sosial yang sehat terhadap alkohol perlu dibangun. Pertama, konsumsi alkohol perlu diatur melalui kebiasaan sosial sehingga orang dapat mempelajari norma konstruktif dari kebiasaan minum minuman beralkohol. Kedua, kebiasaan baik dan buruk terhadap alkohol serta perbedaan antara keduanya perlu diajarkan secara terbuka. Ketiga, alkohol harus tidak dipandang meniadakan kontrol pribadi; kemampuan konsumsi alkohol secara bertanggung jawab perlu diajarkan, perilaku mabuk yang tidak sesuai perlu diberikan sanksi.

***

Alkohol adalah fakta budaya manusia, ia masuk ke dalam aspek pribadi dan sendi sosial. Alkohol hadir dalam kehidupan sehari-hari, baik kesenangan maupun kesedihan. Beberapa orang bahkan mendapati sumber spiritualitas di dalamnya. Seperti yang dikatakan Umar Khayyam dalam puisinya:

“Garis hidupku adalah meneguk anggur dan bersuka ria,
Bebas dari percaya dan ingkar adalah keyakinanku.
Kutanya Mempelai-Nasib: "Siapa teman hidupmu?"
Jawabnya: "Teman hidupku adalah hatimu yang gembira
."

23 Oktober 2011

Celotehan tentang Budaya Alkohol (Bagian 1)

OktoberfestTaybeh Beer from Palestine

Apakah alkohol dan Islam adalah oxymoron? Ini adalah pertanyaan bagi saya minggu ini. Dalam sebuah perambanan (browsing) beberapa waktu lalu, saya menemukan sebuah artikel alkohol dan budaya Islam. Setelah membagi tautan di facebook dan twitter, beberapa teman menemukan ulasan alkohol ini juga menarik, bahkan ada yang mengatakannya menggelitik.

Keingintahuan saya kemudian muncul. Saya jadi bertanya-tanya, ada apa dengan alkohol? Bagaimana alkohol menjadi budaya manusia? Mengapa ada variasi sikap agama terhadap alkohol? Lalu, bagaimana keberlanjutan penemuan tentang alkohol mempengaruhi sikap terhadapnya? Berikut adalah sekilas laporan investigasi usaha pencaritahuan menjawab pertanyaan di atas.

Alkohol dan Sejarah Peradaban Manusia

Alkohol menyatu dengan budaya manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Masing-masing peradaban manusia telah mengembangkan sendiri pola produksi dan konsumsi alkohol sebagai bahan makanan-minuman. Ciri khas budaya setempat, termasuk kondisi geografis dan sosiologis, mempengarui bagaimana alkohol diperlakukan. Hasilnya adalah variasi budaya yang luas terhadap berbagai jenis minuman beralkohol di berbagai belahan bumi.

Teknologi fermentasi alkohol tertua telah ditemukan pada peradaban Mesir kuno sejak abad 10 SM. Orang Mesir kuno percaya bahwa Osiris sebagai dewa terpenting, menemukan bir yang merupakan minuman penting dalam kehidupan. Pada masa itu, minuman beralkohol digunakan pada kesenangan, makanan, pengobatan, ritual, bahkan penguburan. Dalam ritual penguburan Mesir kuno, minuman beralkohol diletakkan di sisi makam untuk diminum orang yang mati pada kehidupan setelah matinya.

Jauh sebelum sanitasi ditemukan, peradaban manusia mampu bertahan salah satunya karena minuman beralkohol. Karena sifat alkohol membunuh mikroorganisme, minuman beralkohol telah banyak menyelamatkan manusia  dari potensi penyakit pencernaan, seperti kolera atau disentri. Penemuan antropologi bahkan menemukan bahwa bir digunakan sebagai sumber antibiotik oleh bangsa Mesir kuno untuk pengobatan. 

Seperti kita lihat pada film 'Pirates of the Carribean’, minuman utama para pelaut adalah rum. Hingga awal era modern, pelayaran menggunakan minuman beralkohol sebagai sumber hidrasi utama (bahkan satu-satunya) karena kemampuannya bertahan tidak basi dalam jangka panjang. Bisa dibayangkan bagaimana pelaut hanya meminum minuman beralkohol selama berlayar?

image

Alkohol, Sains, dan Medis

Setiap bahan makanan memiliki kebaikan dan keburukan bagi kesehatan, tergantung jumlah dan frekuensinya. Salah satu contoh ekstrim adalah minum air putih. Ia memiliki kebaikan dan keburukan tergantung dosisnya. Terlalu banyak minum air juga bisa menimbulkan kematian, seperti yang terjadi pada Jennifer Strange yang mati setelah perlombaan minum air tahun 2007.

Terkait dengan minuman, Heinz Valtin, seorang spesialis ginjal, bahkan memeriksa keabsahan nasihat tentang minum air delapan gelas sehari. Valtin menemukan bahwa minum sebanyak ini dapat berbahaya karena potensi hiponatremia (kekurangan ion natrium) dan paparan terhadap polutan, serta membuat orang merasa bersalah tidak cukup minum.

Alkohol, seperti sumber makanan-minuman lain, memiliki efek positif dan negatif. Keburukan alkohol telah diketahui umum dan menjadi masalah utama di berbagai tempat, terutama alkoholisme alias ketergantungan terhadap alkohol. Hal ini menjadi masalah kesehatan fisik dan mental, serta menjadi masalah sosial.

Dosis alkohol terlalu besar diketahui berpengaruh buruk pada liver, saraf, dan organ lainnya. Konsumsi alkohol berlebihan juga dapat menimbulkan beberapa jenis kanker. Faktor genetik dan fisiologis diketahui berpengaruh besar pada respon terhadap alkohol. Faktor lingkungan, termasuk trauma masa kecil, juga berpengaruh besar terhadap hal ini.

Di sisi lain, konsumsi alkohol dalam jumlah kecil dan menengah juga memiliki efek positif terhadap kesehatan. Konsumsi alkohol secara terbatas telah diketahui sejak lama mengurangi resiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Belakangan juga diketahui bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah terbatas juga meningkatkan daya kognisi dan memori.

Jadi, yang menjadi masalah utama adalah tingkat konsumsi alkohol yang berlebihan. Alkohol dalam konsumsi terbatas memiliki efek yang positif dan negatif yang hingga saat ini masih diteliti lebih lanjut.

Alkohol dan Agama (terutama Islam)

Hubungan agama terhadap minuman beralkohol bervariasi. Pada agama Kristen dan Yahudi, konsumsi alkohol tidak dilarang secara eksplisit, tetapi tetap diatur secara ketat. Agama Kristen memberikan waktu dan tempat yang khusus bagi alkohol, misalnya pada minuman anggur pada altar. Sementara itu, penganut Budha dilarang mengonsumsi alkohol.

Dalam pandangan Islam secara umum, konsumsi minuman keras diharamkan. Sumber pelarangan ini muncul dalam tiga tahapan ayat Al-Quran, mulai dari (1) ayat yang melarang untuk melakukan shalat ketika sedang mabuk; kemudian (2) ayat yang menyatakan bahwa ada kebaikan dan keburukan pada minuman keras tetapi keburukannya lebih banyak; hingga terakhir (3) ayat yang menyatakan bahwa minuman keras merupakan pekerjaan setan.

Berkaitan dengan referensi Al-Quran ini, terdapat beragam penafsiran. Pertama, penafsiran yang secara ketat menolak segala macam yang berkaitan dengan alkohol. Dalam hal ini, kadar alkohol sesedikit apapun akan membuat makanan-minuman menjadi haram. Konsekuensinya, apapun makanan-minuman yang mengandung alkohol tidak diizinkan untuk dikonsumsi, termasuk obat berkadar alkohol rendah.

Kedua, penafsiran yang hanya menolak makanan-minuman dengan kadar alkohol yang tinggi dan berpotensi memabukkan, sedangkan kadar alkohol rendah diperbolehkan. Syeikh Yusuf Qardhawi, seorang ulama terkenal asal Mesir, pada tahun 2008 mengeluarkan fatwa kontroversial bahwa seorang muslim diperbolehkan mengonsumsi sejumlah kecil alkohol, yaitu yang berkadar kurang dari 0,5%. Qardhawi berpendapat bahwa proses fermentasi dalam makanan-minuman terjadi secara alami dan menghasilkan alkohol dengan jumlah yang sangat kecil sehingga tidak diharamkan.

Melihat sejarah Arab, baik sebelum dan sesudah Islam hadir, ternyata para tokoh Arab menerima secara luas kehadiran alkohol. Khalifah Harun Ar-Rasyid yang terkenal dari dinasti Abbasiyah memiliki reputasi alkohol yang sangat kental, di luar gelar sebagai Amirul Mu’minin (pemimpin orang yang beriman). Beberapa ulama bermahzab Hanafi mengharamkan minuman alkohol berbahan anggur (khamr), tetapi menghalalkan minuman alkohol berbahan non-anggur (nabitz). Bahkan, cendikiawan macam Umar Khayam dan Jalaluddin Rumi juga mengagungkan anggur pada berbagai karyanya.

Salah satu kontroversi terkait alkohol di Indonesia terkait hal ini adalah seputar pengharaman produk Bintang Zero oleh MUI. Bintang Zero merupakan minuman tidak beralkohol yang diproduksi oleh perusahaan yang juga memproduksi bir Bintang, merek bir terbesar di Indonesia. Pengharaman tersebut terjadi karena kemiripan proses produksi Bintang Zero non-alkohol dengan Bir Bintang yang beralkohol, padahal kandungan alkohol Bintang Zero sendiri tidak terdeteksi dengan alat dengan sensitivitas tinggi (0,1% v/v). Di sisi lain, makanan khas Indonesia, tape ketan, memiliki kadar alkohol mencapai 3.3% setelah fermentasi 60 jam, dinyatakan halal oleh MUI.

(bersambung)

25 September 2011

Neutrino, Kecepatan Cahaya, dan Proses Sains

Beberapa hari belakangan sains fisika sedang dilanda kehebohan dengan penemuan partikel neutrino yang bergerak melebihi kecepatan cahaya. Tim saintis yang tergabung dalam eksperimen OPERA (Oscillation Project with Emulsion-tRacking Apparatus) menemukan bahwa neutrino memakan waktu perjalanan lebih cepat sampai ke fasilitas penelitiannya di Italia dibandingkan waktu yang dibutuhkan cahaya. Berdasarkan hasil ini, eksperimen OPERA menyimpulkan bahwa partikel neutrino tersebut bergerak lebih cepat daripada cahaya

Selama lebih dari satu abad, peradaban manusia menganggap kecepatan cahaya adalah kecepatan tertinggi yang mungkin dapat dicapai. Einstein pada tahun 1905 menyatakan teori relativitas khusus dengan membuktikan bahwa tidak ada yang dapat melebihi kecepatan cahaya dalam vakum, yaitu sebesar 186.000 mil per detik (atau lebih tepatnya 299.792.458 meter per detik). Teori relativitas khusus, terkenal dengan rumus E=mc2, berhasil lulus dari berbagai eksperimen. Teori ini kemudian menjadi landasan pada bangunan fisika modern.

Neutrino merupakan partikel subatomik bermuatan listrik netral dan bermassa sangat kecil. Miliaran partikel neutrino setiap detik menembus tubuh kita berasal dari matahari. Eksperimen OPERA menemukan bahwa partikel neutrino yang berasal dari laboratorium CERN Swiss bergerak di bawah tanah sejauh 730 km ke laboratorium di Gran Sasso Italia tiba lebih cepat 60 nanodetik daripada waktu yang dibutuhkan cahaya untuk mencapai jarak ini.

Setelah tiga tahun masa eksperimen dan 16.000 kali pengukuran kecepatan neutrino, para saintis OPERA menyimpulkan bahwa partikel neutrino tersebut bergerak lebih cepat daripada cahaya. Kecepatan neutrino saat melintasi lintasan CERN-OPERA adalah 299.798.454 meter per detik, kira-kira 0,002 persen lebih cepat daripada kecepatan cahaya.

Meskipun hanya sedikit lebih cepat, kesimpulan ini memberikan tantangan pada fisika modern (kalau memang kesimpulan ini terbukti benar). Nature mengatakan, “apabila neutrino bergerak lebih cepat daripada kecepatan cahaya, maka salah satu asumsi fundamental sains, bahwa aturan fisika sama bagi semua pengamat, menjadi batal." Potensi perubahan besar-besaran dalam dunia fisika mungkin terjadi apabila memang terbukti bahwa kecepatan cahaya dapat terlampaui.

image

Hasil eksperimen kecepatan neutrino melebihi kecepatan cahaya memberikan gambaran bagaimana proses sains sedang bekerja. Setelah saintis OPERA mengungkapkan hasil eksperimen neutrino, peer-review akan dilakukan oleh saintis pada bidang fisika partikel lain di seluruh dunia. Pertanyaan akan diajukan dan dijawab hingga memuaskan semua pihak, baru kemudian publikasi ilmiah dapat dilakukan.

Reviewer dari berbagai fisikawan partikel akan melihat metodologi yang dilakukan dan apa yang mungkin kurang dalam eksperimen ini. Setelah itu, sesuai yang dikatakan Sherlock Holmes: “when you have eliminated the impossible, whatever remains, however improbable, must be the truth.Peer-review dalam sains memang merupakan sistem swa-regulasi yang ampuh untuk menjaga standar, meningkatkan kinerja, dan menjaga kredibilitas sains.

Selanjutnya, eksperimen sejenis akan dilakukan oleh fisikawan di pusat penelitian lain menuntut hasil eksperimen yang persis. Mereka menguji kembali apakah hasil sebelumnya dapat direplikasi. Meskipun eksperimen neutrino ini sangat sulit dan mahal, tetapi pusat penelitian lain akan bersiap untuk melakukan kembali eksperimen sejenis untuk membuktikan kebenaran hasil ini.

Misalnya saja, eksperimen MINOS (Main Injector Neutrino Oscillation Search) di Fermilab Amerika Serikat sebelumnya telah melaporkan terjadinya efek sejenis meskipun dengan akurasi rendah. Saintis MINOS melaporkan bahwa neutrino bergerak lebih cepat daripada yang diharapkan, yaitu melebihi kecepatan cahaya. Ketika itu, mereka menyimpulkan bahwa hasil ini terjadi karena kurangnya akurasi. Hasil terbaru OPERA membuat MINOS merencanakan eksperimen selanjutnya yang lebih akurat. Tim saintis MINOS diperkirakan akan memberikan hasil terhadap eksperimen sejenis dalam satu hingga dua tahun mendatang.

Saat ini, hasil dan kesimpulan eksperimen OPERA menimbulkan banyak pro dan kontra. Banyak komentator dan saintis yang skeptik dengan hasil eksperimen ini. Keraguan mereka berasal dari metodologi dan tingkat akurasi hasil. Pengamatan tidak langsung di luar laboratorium, misalnya pada ledakan bintang Supernova 1987a, juga menunjukkan hasil pengamatan yang berbeda dengan hasil eksperimen laboratorium eksperimen OPERA ini.

Seperti proses sains layaknya, juru bicara OPERA tetap terbuka terhadap skeptisme publik. Bagaimanapun juga, setelah tiga tahun masa eksperimen, para peneliti Italia ini tidak menemukan kesimpulan lain kecuali bahwa partikel neutrino itu bergerak lebih cepat daripada cahaya. Semua data telah diberikan kepada komunitas sains dan mereka membuka diri terhadap komentar secara luas.

Dalam beberapa waktu ke depan, kita akan menyaksikan bagaimana proses sains bekerja pada penemuan partikel neutrino yang bergerak melebihi kecepatan cahaya. Seiring dengan waktu, kita akan dapat melihat apakah teori ini mampu bertahan. Hanya dengan bertahan melewati berbagai eksperimen sains, teori kecepatan melebihi kecepatan cahaya dapat terbukti sebagai kebenaran dalam sains.

Kebenaran dalam sains memang tidak mudah dan tidak otomatis. Ia tidak lahir seperti konsensus dalam politik atau dogma dalam agama. Kebenaran dalam sains berkembang melalui pergulatan antara skeptisme, pembuktian, dan keterbukaan. Apa yang menjadi kebenaran dalam sains hari ini , belum tentu akan tetap menjadi kebenaran di masa depan. Seperti yang dikatakan Michael Crichton, saintis sekaligus penulis fiksi sains:

Pekerjaan sains tidak ada hubungannya dengan konsensus. Konsensus adalah urusan politik. Sebaliknya, sains hanya membutuhkan satu investigator yang benar, yang memiliki hasil yang teruji benar berdasarkan referensi dunia nyata.

Dalam sains, konsensus tidaklah relevan. Yang relevan adalah hasil yang dapat direproduksi. Para saintis menjadi besar dalam sejarah justru karena mereka memutuskan untuk tidak mengikuti konsensus.

 


Inspirasi:

Measurement of neutrino velocity with the OPERA detector in the CNGS beam
Neutrino stories move faster than the speed of science

Particles break light-speed limit

Particles Found to Travel Faster than Speed of Light

Faster-than-light neutrino claim bolstered
Elementary, my dear neutrino

2 September 2011

Paradigma Sains: Perubahan

Dalam paradigma sains, konsep yang telah usang harus rela digantikan oleh temuan baru yang lebih akurat. Hal ini berbeda dalam paradigma lain yang mempertahankan dogma sentral yang menjadi tumpuan secara absolut, meskipun tidak lagi relevan.

Debat akibat perbedaan paradigma ini sangat menarik. Beberapa tahun belakangan, konsep pohon kehidupan Darwin yang sempat menjadi pemahaman sentral dalam evolusi mulai tidak relevan dan menjadi usang. News Scientist, sebuah media sains online terkenal, melaporkannya dan menulis headline sensasional seperti di atas: “Darwin was Wrong.” 

Materi berita News Scientist sendiri merupakan paparan perkembangan temuan genetika yang juga  berhubungan dengan evolusi. Isinya memaparkan perkembangan terbaru seputar transfer gen horisontal.

Penemuan transfer gen horisontal mengungkapkan bahwa gen suatu makhluk hidup dapat ditransfer ke makhluk hidup lain tanpa melalui proses reproduksi, atau biasa disebut transfer gen vertikal. Bakteri dan beberapa organisme lain mampu melakukan transfer gen ini. Manusia bahkan telah memanfaatkan transfer gen horisontal ini secara artifisial. Hal ini merupakan salah satu konsep rekayasa genetika.

Perkembangan teknologi ini membuat konsep pohon kehidupan Darwin menjadi kurang relevan. Materi genetika tidak lagi hanya diturunkan kepada anakan saja sehingga pohon kehidupan Darwin akan menjadi jaringan yang lebih kompleks. Meskipun begitu, bangunan teori evolusi modern secara keseluruhan tetap sesuai dengan perkembangan ini.

Berkas:Horizental-gene-transfer.jpg

Khawatir dengan perbedaan paradigma, komunitas jurnalis sains mengritik headline News Scientist yang sensasional ini. Para jurnalis ini khawatir pendukung kreasionis, melalui paradigmanya, menggunakan headline ini untuk melakukan generalisasi untuk menyangkal seluruh teori Evolusi modern tanpa memahami materi beritanya.

Dalam skema kesesatan logika (fallacy), hal ini dikategorikan sebagai straw man, yaitu misrepresentasi posisi lawan. Dalam hal ini, pohon kehidupan Darwin dianggap merepresentasikan seluruh teori Evolusi modern. Tentunya hal ini tidak tepat karena teori Evolusi modern telah berkembang kokoh dengan dukungan perkembangan pesat sains modern.

Kesimpulan sementara: Sensionalisme mungkin tidak tepat dalam ranah jurnalisme sains..

1 September 2011

Spesies, Evolusi, dan Kepunahan

Manfred: Mammoths can't go extinct; we're the biggest animals on Earth.
Diatryma Mom: Uh, what about the dinosaurs?
Manfred: The dinosaurs got cocky. They made enemies

***
Sid
: Maybe we could rapidly evolve into water creatures.
Diego: That's genius, Sid.
Sid: Call me Squid.

-Ice Age 2-

 


Film “Ice Age: The Meltdown” yang saya tonton di sebuah televisi swasta tadi siang menginspirasi saya untuk berbagi cerita seputar perkembangan terbaru seputar spesies, evolusi, dan kepunahan. Kutipan oleh Manfred si mammoth dan Sid si kukang di atas menggambarkan parodi keluguan pemahaman evolusi dan kepunahan. Mammoth, spesies gajah purba besar yang berambut dan bergading besar, punah sekitar 4500 tahun yang lalu. Sedangkan kukang, hewan yang terkenal lambat dan malas, juga tidak pernah berevolusi menjadi makhuk air, apalagi jadi cumi-cumi..

Dalam sebuah survei menyambut dua abad kelahiran Charles Darwin, lembaga riset Gallup melaporkan bahwa hanya 39% orang di Amerika Serikat percaya evolusi. Sebanyak 25% orang Amerika Serikat tidak percaya evolusi dan hanya mempercayai kreasionisme. Sisanya, sekitar 36% tidak berpendapat atau tidak menjawab. Hasil survei juga menunjukkan bahwa pilihan ini berhubungan dengan pendidikan dan religiusitas. Membaca hasil survei ini, saya jadi penasaran berapa banyak orang Indonesia yang percaya teori evolusi.

Pengertian tentang evolusi menurut saya lebih penting daripada sekedar kepercayaan saja. Dengan pengertian memadai, orang akan mampu berpendapat rasional dalam perbandingan antara evolusi dan kreasionisme. Tulisan ini bukan ingin menceritakan evolusi secara mendalam, melainkan hanya comot sana-sini saja beberapa perkembangan evolusi terakhir yang (menurut saya) menarik.

Evolusi Modern

Teori Evolusi modern berkembang seiring dengan berbagai temuan ilmiah terbaru. Teori ini merupakan gabungan berbagai cabang Biologi yang bermuara pada evolusi. Awalnya, perkembangan evolusi modern berasal dari ditemukannya kesesuaian antara teori seleksi alam Darwin dan teori genetika Mendel pada awal abad ke-20. Sangat ironis bagi Mendel karena pada mulanya publikasi genetika Mendel justru sangat anti-evolusi, bahkan secara spesifik menentang buku “The Origin of Species” tulisan Darwin.

Saat ini, teori Evolusi modern tidak lagi sesederhana teori “Darwinisme” saja. Berbagai perkembangan ilmu Biologi, khususnya Biologi molekuler, Sitologi, Biosistematik, Botani, Morfologi, Ekologi, dan Paleontologi telah membuat bangunan teori Evolusi modern lebih kokoh. Misalnya, penemuan peta genom memungkinkan peneliti membandingkan genom dan kekerabatan setiap makhluk hidup. Manusia dan simpanse memiliki kekerabatan yang sangat dekat karena peta genom kedua spesies ini mirip hingga 99% serta menghasilkan protein yang juga sangat mirip.

Beberapa temuan baru bahkan mensubtitusi pondasi awal yang dibangun oleh Darwin. Konsep pohon kehidupan (tree of life) yang diperkenalkan oleh Darwin dua ratus tahun lalu tidak memadai lagi saat transfer genetik horisontal ditemukan sepuluh tahun belakangan. Dalam perjalanan sains, konsep pohon kehidupan Darwin memang menjadi kurang relevan, tapi teori Evolusi modern sejauh ini didukung oleh berbagai temuan baru.

Modern Tree of life

Spesies: Penciptaan dan Kepunahan

Spesies merupakan pengelompokkan makhluk hidup yang mampu kawin dan menghasilkan keturunan yang mampu menghasilkan keturunan juga. Setelah 250 tahun perkembangan taksonomi, tahun 2010, diperkirakan ada 7-100 juta spesies di bumi. Dari perkiraan ini, hanya 1,7 juta spesies saja yang telah teridentifikasi, lebih dari sejuta adalah serangga. Sisanya masih belum teridentifikasi.

Pembentukkan spesies makhluk hidup baru (spesiasi) terjadi setiap saat diarahkan oleh proses evolusi dalam jangka panjang. Manusia sendiri telah mampu melakukan spesiasi buatan melalui persilangan sejak era pertanian ribuan tahun lalu. Domba modern merupakan salah satu spesies baru yang diciptakan manusia dari domba mouflon melalui domestikasi sekitar 11.000 tahun yang lalu.

File:Muffelwild12.4.2008 007.jpg

Manusia bahkan telah menciptakan spesies kehidupan sintetis dari benda mati. Tahun 2010, Craig Venter menciptakan spesies bakteri yang sama sekali baru melalui penyusunan materi DNA di laboratorium. Melalui penemuan kehidupan sintetis, konsep generation spontanea yang telah ditinggalkan sejak abad ke-19 bisa menjadi relevan kembali. Sains menerima perubahan, bahkan perubahan balik.

Kepunahan spesies makhluk hidup juga terjadi terjadi setiap saat, dengan atau tanpa kehadiran manusia. Ia adalah bagian dari proses evolusi. Selama 3,8 miliar tahun kehidupan hadir di bumi, diperkirakan 99,9% spesies yang pernah ada di bumi telah punah. Suatu spesies umumnya memiliki umur kurang dari sepuluh juta tahun, mulai terbentuk hingga kepunahannya. Meskipun begitu, beberapa spesies bertahan menjadi fosil hidup tidak mengalami perubahan selama ratusan juta tahun, misalnya kecoa telah bertahan selama 350 juta tahun hingga saat ini. Spesies manusia modern diperkirakan baru berusia 200 ribu tahun dan sangat mungkin akan punah dalam beberapa juta tahun lagi.

Belakangan baru disadari, laju kepunahan terjadi lebih cepat akibat ledakan populasi manusia. Peningkatan drastis populasi manusia hingga 6,9 miliar tahun ini menimbulkan ketidakseimbangan alam karena konsumsi berlebihan, perusakkan habitat, penyebaran penyakit, dan perubahan iklim. Harimau Bali secara resmi telah dinyatakan punah di Indonesia tahun 1937 akibat kerusakan habitat dan perburuan liar. Beberapa hari ini ada berita yang menyatakan dugaan bahwa anoa dan babi rusa telah punah di Sulawesi Utara. Spesies orang utan, badak jawa, dan komodo akan menunggu kepunahan beberapa (puluh) tahun lagi.

Dengan perkembangan biologi molekuler, saintis berupaya menghadirkan spesies yang telah punah melalui metode kloning. Memang belum ada upaya yang berhasil hingga saat ini, tapi perkembangan pesat biologi molekuler memberikan harapan. Museum Australia di Sidney memulai proyek kloning harimau Tasmania (Thylacine) tahun 1999. Thylacine merupakan karnivora berkantung dari Australia yang punah pada awal abad ke-20. Proyek Thylacine yang kontroversial ini sempat dihentikan tahun 2005 dan kembali dilanjutkan pada tahun yang sama dan berkembang hingga saat ini. Apakah mungkin manusia bisa menghentikan kepunahan? Apakah mungkin mammoth akan kembali muncul di bumi? Kita tunggu saja perkembangan penelitian ini.

Last Tasmanian Tiger, Thylacine, 1933

Epilog

Evolusi adalah paradigma sentral dalam Biologi. Theodosius Dobzhansky, salah satu pendiri teori Evolusi modern mengatakan bahwa tidak ada yang masuk akal dalam Biologi kecuali dalam kerangka evolusi. Ia adalah pendukung evolusi modern sekaligus seorang Kristen orthodoks yang taat. Dalam upayanya mendamaikan sains dan religiusitas Dobzhansky mengatakan:

Apakah fakta evolusi bertentangan dengan keimanan agama? Tidak. Adalah sebuah kekeliruan untuk menggunakan kitab suci sebagai teks dasar astronomi, geologi, biologi, dan antropologi. Simbol yang ditafsirkan tidak sebagaimana mestinya akan menimbulkan konflik yang khayal dan tak terpecahkan. Kekeliruan ini malah menimbulkan penghinaan: Sang Pencipta dituduh merencanakan penipuan..

30 Agustus 2011

Research on Group Managing Resources

Groups of people are capable of managing common resources when certain conditions are met:
1. group and its purpose must be clearly defined
2. costs and benefits must be equally shared
3. decision-making must be by consensus
4. misconduct should be monitored
5. sanctions should start out mild and escalate only as needed
6. conflict resolution should be fast and fair
7. group must have authority to manage its affairs
8. relationship of group with others must be appropriately structured

(Based on work of Elinor Ostrom, winner of 2009 Nobel prize in economics)

Source:
Evolutionary theory can make street life better

15 Agustus 2011

Puasa dalam Perspektif Biologi

Ramadan selalu spesial bagi saya. Posting blog saya beberapa tahun terakhir banyak sekali bercerita tentang rangkaian ritual tahunan Islam ini. Saya sempat berceloteh tentang kekhawatiran dan protes terhadap ritual Ramadan, hingga fenomena Ramadan khas Indonesia: mudik.

Tradisi Ramadan memang tidak pernah habis melahirkan bermacam inspirasi. Apakah lapar dan haus akibat puasa memicu kreativitas? Ataukah rangkaian Ramadan secara lebih luas-lah yang sebenarnya menghadirkan berbagai ide liar? Ramadan di Indonesia memang tidak lagi sesederhana ibadah puasa saja, melainkan telah berevolusi menjadi dinamika sosial ekonomi tersendiri.

Menyambut Ramadan tahun ini, saya mengamati ritual puasa dalam perspektif biologi. Tamasya intelektual saya sempat menemukan sudut pandang biologi tentang ritual umat Islam sedunia ini.

Ramadan memang bukan hanya punya umat Islam saja. Para saintis di seluruh dunia juga punya hajat tersendiri pada bulan suci umat Islam ini. Melalui ritual puasa Ramadan, para saintis mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh manusia.

Ramadan menjadi fenomena penting untuk para peneliti dalam mempelajari ritme circadian (jam biologis). Orang yang melakukan Puasa Ramadan secara sengaja mengubah ritme biologis tubuh mereka. Pengetahuan tentang perubahan mendadak ini akan membantu pemahaman mekanisme kerja tubuh manusia secara lebih komprehensif.

Salah satu aspek penting dalam puasa adalah menahan lapar dan dahaga mulai dari terbit hingga terbenam matahari. Artinya, ketika berpuasa tubuh tidak mendapatkan pasokan suplai makan dan minum selama lebih dari 12 jam. Untuk merespon hal ini, fisiologi tubuh akan menyesuaikan diri terhadap perubahan jadwal makan-minum dan pola tidur ini.

Selama bulan Ramadan, umumnya sahur dilakukan tengah malam menjelang waktu subuh. Pada bulan lain, biasanya masa ini digunakan untuk tidur. Perubahan jadwal biologis ini akan menciptakan perubahan ritme tidur, hormon, dan bahkan kadang suasana hati (mood). Perubahan ritme tidur akan menyebabkan pengurangan fase tidur slow-wave dan rapid eye movement (REM) yang berfungsi dalam proses pemulihan/penyegaran.

Oleh karena itu, orang yang melakukan sahur menjelang subuh biasanya mengalami kantuk di siang hari. Kalau tidak percaya, silakan membuktikan sendiri dengan mengunjungi mesjid/mushalla terdekat selepas jadwal Dzuhur di bulan Ramadan. Saya jamin Anda akan melihat banyak tubuh yang berserakan di sana..

Tidur siang setelah Dzuhur

Dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali terdapat hadits bahwa “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah”. Terlepas dari perdebatan bahwa hadits ini dhaif/lemah, pernyataan ini bisa jadi merupakan respon para ulama terhadap fenomena perubahan mendadak pada jadwal biologis manusia normal yang menyebabkan penurunan produktivitas ini.

Ritual puasa juga secara signifikan menurunkan ketangkasan fisik, misalnya pada ketahanan otot atau periode respon dalam waktu lama. Penelitian pada pemain sepak bola menemukan bahwa ketika berpuasa, kemampuan lari sprint dan kelincahan dalam waktu singkat memang tidak mengalami perubahan. Meskipun begitu, kapasitas aerobik, ketahanan dan kemampuan lompat atlet dalam jangka waktu lebih dari 30 menit akan turun secara signifikan.

Kajian sains tentang hubungan puasa dengan aktivitas fisik mestinya akan makin menggeliat setahun ke depan. Pasalnya, Olimpiade London 2012 akan bertepatan dengan jatuhnya bulan Ramadan. Awal Ramadan tahun depan diperkirakan akan jatuh pada 21 Juli 2012, seminggu sebelum Olimpiade London dimulai (dan hingga selesai). Apalagi diperkirakan bakal ada 3000 atlet beragama Islam akan berpartisipasi pada pesta olahraga dunia ini.

Salah satu alternatif menarik untuk tetap puasa selama aktivitas fisik yang intensif ini adalah sebuah kajian sains nutrisi yang meneliti bagaimana cara ‘membohongi’ otak ketika sedang puasa. Penelitian ini menunjukkan bahwa berkumur dengan cairan karbohidrat ternyata secara signifikan dapat meningkatkan performa para atlet. Air gula ternyata mengaktivasi area otak yang bertanggung jawab terhadap motivasi dan ganjaran.

Penelitian ini memberikan tugas lagi kepada ulama Islam untuk merumuskan kembali hukum puasa. Bagaimanakah hukum berkumur dengan air gula saat berpuasa? Apakah membatalkan puasa? atau hukumnya makruh? atau selama masa Olimpiade malah dianjurkan, mengingat membela negara hukumnya wajib?

Di sinilah tergambar bagaimana dinamisnya tugas para sarjana agama melayani pertanyaan umat agamanya. Tugas sarjana agama tidak sesederhana menilai hukum halal/haram rebonding. Mereka juga harus mengerti ilmu secara luas, termasuk sains, untuk menjawab tantangan umat masa kini.

***

Meskipun eksperimen laboratorium membuktikan bahwa puasa menurunkan performa fisik, sangat jarang orang yang berpuasa menyatakan bahwa ritual ini menurunkan prestasi. Banyak pelaku puasa merasa lebih fokus, bahkan memberikan keunggulan dibanding periode lain.

Sejarah Islam sendiri mencatat bahwa kemenangan pada perang Badr terjadi ketika Nabi Muhammad dan sahabat berpuasa pada Ramadan tahun kedua Hijriah. Proklamasi Indonesia juga terjadi pada bulan Ramadan, ketika Bapak pendiri bangsa ini sedang melaksanakan ibadah puasa.

Dalam ranah sains, analisa tentang hubungan korelasi dan kausalitas antara puasa dan performa masih diteliti lebih lanjut. Secara umum, pengetahuan baru akan meningkatkan pemahaman kita sendiri tentang mekanisme tubuh manusia. Secara praktis, Olimpiade tahun depan akan menunggu penelitian ini.

Mo Sbihi

Mohamed “Mo” Sbihi, seorang atlet dayung muslim asal Inggris, memutuskan akan menunda puasa pada Olimpiade London 2012. Dia bukan orang awam. Mo adalah muslim yang taat. Dia juga menyandang pendidikan tinggi dengan disertasi tentang performa atlet tanpa makan dan minum. Mo mengetahui ada trade-off antara puasa dan potensi penurunan performanya. Dan dia memutuskan akan menunda puasa Ramadannya tahun depan.

Mo tidak yakin apakah Imam masjidnya akan menyetujui keputusannya untuk menunda Ramadhan. Ia mengatakan, "Cara saya melihatnya seperti itu. Selama aku cepat, saya melakukannya di mata Allah, bukan di mata masjid lokal saya. Aku mungkin salah. Tapi, itu adalah cara saya melakukannya.”

Dalam posisinya, Mo berijtihad menggunakan pengetahuannya di bidang sains. Bagaimana kalau Anda yang berada pada posisinya?

Inspirasi:

Labs explore health effects of Ramadan

How Muslims can win Olympic gold during Ramadan

 

30 Juli 2011

Budaya Inka, Borobudur, dan Fragmen Kisah Ibrahim

Seratus tahun lalu, tepatnya 24 Juli 1911, Hiram Bingham dari Universitas Yale menemukan situs Machu Picchu di Peru. Seluruh arkeolog dan petualang dunia terkesima dengan keindahan peninggalan budaya Bangsa Inka ini. Machu Picchu, Si Kota Inka yang hilang, memang tidak sempat tersentuh oleh penaklukkan Bangsa Spanyol dan tidak tercatat dalam referensi manapun.

Bangsa Inka merupakan imperium terbesar di belahan dunia Barat sebelum Spanyol menaklukkan mereka pada abad ke-16. Mereka memiliki peradaban maju seiring dengan perkembangan arsitektur, teknologi pangan dan logam. Begitu canggihnya, Bangsa Inka telah berhasil membuat infrastruktur jalan terbesar dan mengentaskan kelaparan dari total populasi 10 juta orang. Machu Picchu adalah karya Inka dan merupakan tempat peristirahatan raja. Bingham menemukan kota ini setelah empat abad Inka ditaklukkan oleh Spanyol.

Adalah sebuah ironi ketika Bangsa Inka dianggap sebagai sebuah kebudayaan jaman perunggu besar yang gagal memiliki sistem penulisan. Mereka tidak memiliki peninggalan tulisan dengan huruf atau simbol di kertas atau media dua dimensi lain seperti layaknya standar modern. Para antropolog mengatakannya sebagai “Paradoks Inka.”

Meskipun begitu, Bangsa Inka mengembangkan caranya sendiri. Mereka menggunakan khipu, konfigurasi tali dengan simpul warna-warni, sebagai media penyimpanan informasi. Para ahli meneliti apakah khipu merupakan sistem mnemonic, sebuah penanda agar pembuatnya dapat mengingat suatu informasi? Ataukah merupakan suatu sistem penulisan, standar penyimpanan informasi yang bisa dibaca secara luas bagi orang yang mengerti susunannya?

Awalnya khipu dianggap sebagai sistem mnemonic, mirip abacus yang digunakan sebagai alat pengingat berhitung yang ditemui pada peradaban besar lainnya. Belakangan, antropolog menemukan bahwa sebagian konfigurasi tali-simpul ini memiliki sifat non-aritmatik. Hal ini memberikan kemungkinan bahwa beberapa bagian khipu merupakan bentuk narasi/cerita. Beberapa teori mengusulkan bahwa khipu merupakan sistem tulisan tiga dimensi yang canggih. Dan ia unik, hanya ada pada peradaban Inka.

Ketika Francisco Pizarro dan para conquistador Spanyol tiba tahun 1532, mereka kagum dengan organisasi masyarakat Inka. Dalam pencatatan informasi, pihak kerajaan menggunakan jasa khipukamayuq, sebuah kasta khusus yang mampu membaca khipu. Kasta ini menyimpan catatan tentang sensus, pajak, ritual agama, organisasi, kalender, silsilah, dan segala macam informasi kenegaraan. Dalam beberapa sejarah catatan pengadilan, Khipu Inka bahkan terbukti lebih akurat dibandingkan catatan para akuntan Spanyol.

Awalnya, para penakluk Spanyol lunak terhadap penggunaan khipu pada masyarakat Inka. Respon mereka kemudian berubah sejak Inkuisisi Spanyol. Pada tahun 1583, Gereja Katolik Roma bertitah bahwa khipu merupakan pekerjaan setan. Khipu yang merepresentasikan agama Inka dianggap sebagai berhala dan hal ini menghalangi konversi agama.

Pihak Gereja kemudian memerintahkan penghancuran seluruh khipu Inka. Sejak saat itu, para conquistador memusnahkan hampir semua khipu berikut seluruh informasi budaya Inka yang terdapat di dalamnya. Saat ini hanya tersisa sekitar 831 khipu tersebar seluruh dunia.

***

Sangat disayangkan bagaimana sistem tulisan tiga dimensi pada khipu telah punah. Juga disayangkan bahwa keputusan penghancuran ini dimotivasi oleh pemahaman eksklusif keimanan. Tetapi sejarah pemusnahan budaya tidak hanya pada organisasi agama. Ia terjadi pula pada semua bentuk otoritas yang memiliki pemahaman ekslusivisme: bahwa kami dan hanya kami yang benar; selain kami adalah tidak benar dan harus dimusnahkan.

Peristiwa pemusnahan atas nama ekslusivisme terjadi di seluruh dunia. Situs Majapahit yang beragama Hindu saat ini relatif tidak berbekas dihancurkan oleh kerajaan-kerajaan Islam sesudahnya. Di Pakistan, Militan Taliban menghancurkan situs bersejarah kerajaan Gandhara yang beraliran Budha Mahayana. Beberapa hari ini, Norwegia yang terkenal sebagai masyarakat yang toleran mengalami musibah pengeboman yang dilatarbelakangi oleh sentimen Islamofobia.

Gandhara Budhist Statue

Kita patut bersyukur bahwa Candi Borobudur terkubur di bawah abu vulkanik. Borobudur, seperti Machu Picchu, baru ditemukan belakangan. Thomas Stamford Raffles, Gubernur kolonial Inggris yang juga pemerhati sejarah Jawa, memerintahkan penggalian Borobudur pada abad ke-19. Saat ini, situs peninggalan dinasti Syailendra yang beraliran Budha Mahayana ini telah direstorasi dan menjadi situs warisan dunia UNESCO.

Bila Borobudur ditemukan pada waktu yang tidak tepat, mungkin kemegahan situs budaya ini tidak sempat kita lihat saat ini. Pada tahun 1985, Husein Ali Al-Habsyi dan kelompoknya meledakkan beberapa stupa Candi Borobudur. Pengadilan mengganjar hukuman penjara seumur hidup kepadanya karena perusakkan situs budaya ini.

***

Dalam sebuah obrolan afterhour, saya terkejut dengan kritik seorang teman muda yang cerdas. Ia mempertanyakan mengapa kisah klasik dalam tradisi agama mengizinkan perusakkan milik orang lain karena urusan keimanan. Kawan  multitalenta ini mengangkat topik tentang kisah Ibrahim, bapak tiga agama monoteisme: Yahudi, Kristen, Islam.

Dalam tradisi Islam, dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menghapuskan berhala dan menyebarkan ajaran monoteisme. Awalnya, Ibrahim menasihati bapaknya Azar yang berprofesi sebagai pemahat patung berhala. Ibrahim muda menjelaskan bahwa penyembahan berhala merupakan perbuatan berdosa dan akan disiksa oleh Allah. Merasa profesi dan mata pencahariannya terusik, Azar menolak paham ini dan mengusir Ibrahim.

Upaya Nabi Ibrahim mengajak masyarakat Kaanan mengikuti ajaran monoteisme relatif gagal. Masyarakat Kaanan abai terhadap ajakan Ibrahim karena terbiasa dengan budaya warisan turun temurun. Ketika Ibrahim merasa upaya ajakannya tidak berhasil, ia menyusun strategi lain.

Ketika masyarakat Kaanan melakukan tradisi berkemah di padang terbuka, Ibrahim menyelinap ke kota dan menghancurkan patung-patung berhala milik mereka. Karena perbuatannya ketahuan, pengadilan memutuskan Ibrahim harus dihukum dengan cara dibakar hidup-hidup. Berkat mukjizat pertolongan Allah, Ibrahim kemudian selamat dari panas api. Ia keluar dalam keadaan selamat.

Fragmen kisah Ibrahim dan mukjizat tahan panas api dulu saya terima tanpa pertanyaan lebih lanjut. Kisah heroisme untuk keimanan selalu mempesona bagi saya. Tapi terus terang saya terkejut oleh kritik teman muda ini.

Dengan gaya ABGnya, teman muda ini bertanya: Mengapa kisah perusakkan patung milik orang lain atas nama keimanan dapat dibenarkan? Otoritas moral macam apa yang mengizinkan terjadinya penghancuran budaya? Pada batas mana budaya dan berhala dapat dipisahkan sehingga yang pertama layak dikonservasi dan yang terakhir wajib dimusnahkan?

Ketika membaca sejarah Machu Picchu dan khipu, saya teringat kembali perasaan sunyi dalam riuh obrolan seru malam itu. Meskipun obrolan terus berganti topik, tetapi pikiran saya tetap berhenti pada pertanyaan tentang kisah ini. Mungkin memang pergulatan ajaran masa lalu dan pikiran pribadi memang tidak boleh usai. Katanya itulah pencerahan..

22 Juli 2011

Refusing the dimensions

Refusing to see the whole picture is attacking the 2nd dimension..
Refusing to see apply some perspective is attacking the 3rd dimension..
Refusing to consider/remember history is attacking the 4th dimension..
Refusing to see other possibilities is attacking the 5th dimension..
Refusing to break the law of physics is attacking the 6th dimension…

survivingtheworld.net

8 Juli 2011

Prezi: Mudah Memahami Presentasi

image

Presentasi sering kali menjadi momen yang membosankan. Materi yang asing, kehilangan alur cerita, presenter berperforma rendah adalah sebuah jenis penyiksaan dalam kehidupan formal masyarakat modern. Kuliah, pekerjaan, dan bisnis adalah area formal di mana kita sering terpapar oleh presentasi yang sering kali membosankan.

Dalam kuliah yang saya ikuti beberapa waktu yang lalu, para mahasiswa (yang cukup berumur) melakukan protes pada kampus. Pasalnya adalah performa penyampaian materi kuliah seorang dosen yang di bawah harapan. Penguasaan material presentasi dan cara penyampaian yang buruk membuat banyak peserta kuliah tidak memahami materi yang disampaikan. Bahkan para mahasiswa curiga kalau beliau sendiri tidak memahami topik yang disampaikan.

Wajah ngantuk dan blank terhadap bahan yang disampaikan adalah pemandangan yang menyedihkan bagi seorang presenter. Ada presenter yang menjadi panik dan semakin memburuk performanya. Ada pula presenter yang tetap cuek maju terus pantang mundur. Ngerti ga ngerti yang penting selesai, ambil honor terus pulang.

Saya harus mengakui, pada banyak presentasi yang saya berikan, saya sering kali menemui wajah-wajah kosong. Apalagi kalau saya bicara terlalu banyak tanpa melibatkan partisipan (padahal kalau begitu namanya bukan partisipan lagi). Ketiadaan respon balik sering kali membuat presenter kehilangan pijakan pada pemahaman partisipan.

Biasanya kalau begitu, saya akan menyambungkan materi presentasi dengan hal yang dekat pada kehidupan sehari-hari atau sering juga cerita lucu (sex jokes always work for men). Pada situasi yang terlanjur formal, dengan peserta yang juga jaim (jaga image), mencairkan suasana relatif lebih menantang. Oleh karena itu, ice breaking selalu penting untuk mencairkan suasana sebelum presentasi.

Beberapa hari belakangan, saya sedang mempelajari situs presentasi Prezi. Situs ini memiliki inovasi dalam zooming presentation yang menarik bagi saya. Zooming presentation memberikan beberapa kemungkinan baru dalam penyajian presentasi.

Pertama, Prezi mempertahankan gambaran besar sementara berbagai detil disampaikan. Memahami gambaran besar berarti memahami konteks. Sedangkan, mengetahui detil akan memperkaya pemahaman itu sendiri, terlebih bila relevan dengan pengalaman pribadi.

Dalam banyak presentasi, terlalu banyak detil akan menenggelamkan gambaran besar sehingga pemahaman dan retensi terhadap materi menjadi rendah. Dengan navigasi tombol yang sederhana, Prezi memudahkan zooming in untuk menyediakan detil sekaligus zooming out untuk menyediakan gambaran besar.

Kedua, Prezi memungkinkan organisasi informasi secara lebih baik. Dengan pilihan pengaturan bentuk dan posisi, kumpulan ide akan lebih mudah diasosiasikan. Pergerakan setiap langkah pada Prezi juga memudahkan hubungan antar-ide.

Otak cenderung mencari pola dari pengalaman sehari-hari. Dalam upaya memahami pola ini, manusia belajar dengan mencari berbagai persamaan. Persamaan ini akan membangun persepsi asosiasi. Selain itu, keterhubungan informasi juga menjadi penting dalam mendapatkan pemahaman ini. Kedua hal ini  akan meningkatkan pemahaman serta retensi memori.

Ketiga, Prezi membebaskan dari pola berpikir linear yang menjadi batasan media presentasi konvensional. Ide tidak dihasilkan dalam pikiran secara linier. Dengan keterbatasan teknologi konvensional, otak harus menata kembali pola penyampaian ide secara linear.

Manusia berpikir beberapa hal sekaligus secara simultan. Ada dialog yang ramai saat sebuah ide dimatangkan di otak. Prezi menyediakan workspace yang menyediakan alur presentasi lebih fleksibel dan memungkinkan produksi ide secara simultan.

Prezi memungkinkan momen membosankan pada presentasi tentang sesuatu yang tidak jelas dari seorang asing di depan ruangan bisa kita ubah. Berbagai fitur yang ditawarkan Prezi memungkinkan presentasi dipersiapkan lebih matang, disampaikan lebih jelas, dipahami lebih dalam, dan diingat lebih lama. Jadi, presentasi itu sudah seharusnya menarik!

27 Juni 2011

Uang: Keserakahan, Waktu, dan Kehilangan

Sebulan terakhir ini saya terpesona, kecanduan, dan juga mungkin overdosis dengan kajian finansial atau keuangan. Saya rasa orang yang berkecimpung dalam dunia finansial adalah orang yang sangat pintar: kreatif sekaligus rasional. Mereka adalah orang yang mampu menciptakan inovasi di bidang keuangan sekaligus membangun justifikasi rasional terhadap hasil kreasinya tersebut.

Untuk beberapa hal yang tidak saya pahami (dan mungkin tercetak dalam alam bawah sadar), uang (bersama seks dan kekuasaan) seringkali diasosiasikan dengan kemudahannya dekat dengan kejahatan. Mungkin karena uang sendiri memiliki daya ungkit pada aktivitas manusia, baik dan buruk. Kejahatan keuangan yang besar memiliki dampak global dan mengganggu seluruh sendi kehidupan masyarakat.

Kita dapat menjumpai Warren Buffet, sang investor gaek yang memiliki kekayaan sekitar 50 miliar dollar tahun 2011 ini, sekitar sepertujuh nilai kapitalisasi di Bursa Efek Indonesia. Tahun 2006, Buffet mengumumkan rencana untuk memberikan 85% dari nilai kekayaannya untuk amal senilai sekitar 30,7 miliar dollar. Sumbangan Buffet merupakan nilai amal terbesar dalam sejarah.

Di ekstrim lain, kita juga menjumpai Bernard Madoff, hedge fund manager New York yang juga merupakan legenda Wall Street. Madoff terbukti melakukan penipuan dengan skema Ponzi terbesar di dunia dan dihukum 150 tahun. Kerugian para nasabah termasuk keuntungan palsu diperkirakan bernilai lebih dari 18 miliar dolar.

Dinamika peradaban manusia harus diakui memang bergerak pada dimensi "tahta, harta, wanita" (sebuah istilah yang tidak sensitif gender). Sejarah menunjukkan kemaju-munduran suatu peradaban sering kali terkait dengan permasalahan seputar ketiga hal tersebut. Moralitas pun membangun nilai-nilai yang menjadi referensi kepantasan masyarakat pada tiga urusan manusia ini.

Sejarah Islam menunjukkan pada perang Uhud kaum Mukmin sudah hampir menang. Kaum Quraisy Mekah sempat terdesak mundur. Tetapi hal ini justru berbalik saat para pemanah Mukmin yang diperintahkan berjaga di puncak bukit Uhud oleh Nabi Muhammad meninggalkan pos jaganya karena tergoda merampas harta perkemahan Quraisy di kaki bukit. Khalid bin Walid, sang panglima Quraisy, akhirnya dapat menyerang balik sehingga kaum Mukmin kalah perang. Godaan harta-lah yang membuat kaum mukmin mengalami kekalahan di perang Uhud.

Oleh karena itu, asketisme mengajari manusia untuk menjauhi dunia fana, yang dalam bahasa praktis sering disebut: kekuasaan, kekayaan, dan seks. Ajaran agama membangun fiqh yang mengatur ketat urusan yang terkait ketiga hal tersebut. Bahkan, hukum kenegaraan pun mengganjar berat pada pelanggaran pada ketiga urusan ini.

Tapi, satu hal yang justru saya pelajari pada kajian keuangan adalah kejujuran tentang motif pribadi dan upaya mempertemukan kepentingan pihak terkait. Satu pihak jujur ingin mendapatkan sebanyak mungkin. Pihak lain juga ingin mendapatkan sebanyak mungkin dan tidak mau mengalami kehilangan. Maka negosiasi menjadi penting dan idealnya, negosiasi bisa membuat semua pihak merasa mendapatkan keuntungan. Sebuah idiom yang mungkin janggal tapi saya dapatkan: serakah tapi beradab.

Hal lain yang juga saya pelajari pada kajian keuangan adalah sensitivitas terhadap waktu. "Time is money" adalah jargon yang sering saya dengar sejak dulu, tetapi menjadi lebih bermakna belakangan ini. Konsep waktu bahkan menjadi hal yang lebih penting dalam kajian keuangan: uang bisa dicari, tetapi waktu adalah komoditas yang tidak tergantikan. Jadi, waktu lebih penting daripada uang - "Time is more important than money".

Terakhir, hal yang saya pelajari adalah bahwa kalau mau untung berarti harus siap rugi. "Return equals to risk" adalah juga konsep yang penting dalam kajian keuangan. Dalam setiap usaha, hasil yang mungkin didapatkan adalah risiko yang juga mungkin terjadi. Jadi, kalau takut kehilangan, jangan coba-coba ingin mendapatkan. Dan kalau sudah mendapatkan, bersiaplah untuk kehilangan.

Setiap guru memiliki kebijaksanaannya sendiri. Setiap murid memiliki pemahamannya sendiri. Dan setiap kebijaksanaan adalah pemahaman sendiri, yang kebetulan terdengar indah, dan disepakati bersama.

***

PS: Saya merasa pidato Gordon Gekko (Michael Douglas) pada film Wall Street (1987) tentang keserakahan lebih ‘jujur’ dibandingkan pidatonya pada film Wall Street: Money never sleeps (2010).

 

Gordon Gekko on Wall Street (1987)

 

Gordon Gekko on Wall Street 2: Money never sleeps (2010)