15 Agustus 2011

Puasa dalam Perspektif Biologi

Ramadan selalu spesial bagi saya. Posting blog saya beberapa tahun terakhir banyak sekali bercerita tentang rangkaian ritual tahunan Islam ini. Saya sempat berceloteh tentang kekhawatiran dan protes terhadap ritual Ramadan, hingga fenomena Ramadan khas Indonesia: mudik.

Tradisi Ramadan memang tidak pernah habis melahirkan bermacam inspirasi. Apakah lapar dan haus akibat puasa memicu kreativitas? Ataukah rangkaian Ramadan secara lebih luas-lah yang sebenarnya menghadirkan berbagai ide liar? Ramadan di Indonesia memang tidak lagi sesederhana ibadah puasa saja, melainkan telah berevolusi menjadi dinamika sosial ekonomi tersendiri.

Menyambut Ramadan tahun ini, saya mengamati ritual puasa dalam perspektif biologi. Tamasya intelektual saya sempat menemukan sudut pandang biologi tentang ritual umat Islam sedunia ini.

Ramadan memang bukan hanya punya umat Islam saja. Para saintis di seluruh dunia juga punya hajat tersendiri pada bulan suci umat Islam ini. Melalui ritual puasa Ramadan, para saintis mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh manusia.

Ramadan menjadi fenomena penting untuk para peneliti dalam mempelajari ritme circadian (jam biologis). Orang yang melakukan Puasa Ramadan secara sengaja mengubah ritme biologis tubuh mereka. Pengetahuan tentang perubahan mendadak ini akan membantu pemahaman mekanisme kerja tubuh manusia secara lebih komprehensif.

Salah satu aspek penting dalam puasa adalah menahan lapar dan dahaga mulai dari terbit hingga terbenam matahari. Artinya, ketika berpuasa tubuh tidak mendapatkan pasokan suplai makan dan minum selama lebih dari 12 jam. Untuk merespon hal ini, fisiologi tubuh akan menyesuaikan diri terhadap perubahan jadwal makan-minum dan pola tidur ini.

Selama bulan Ramadan, umumnya sahur dilakukan tengah malam menjelang waktu subuh. Pada bulan lain, biasanya masa ini digunakan untuk tidur. Perubahan jadwal biologis ini akan menciptakan perubahan ritme tidur, hormon, dan bahkan kadang suasana hati (mood). Perubahan ritme tidur akan menyebabkan pengurangan fase tidur slow-wave dan rapid eye movement (REM) yang berfungsi dalam proses pemulihan/penyegaran.

Oleh karena itu, orang yang melakukan sahur menjelang subuh biasanya mengalami kantuk di siang hari. Kalau tidak percaya, silakan membuktikan sendiri dengan mengunjungi mesjid/mushalla terdekat selepas jadwal Dzuhur di bulan Ramadan. Saya jamin Anda akan melihat banyak tubuh yang berserakan di sana..

Tidur siang setelah Dzuhur

Dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali terdapat hadits bahwa “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah”. Terlepas dari perdebatan bahwa hadits ini dhaif/lemah, pernyataan ini bisa jadi merupakan respon para ulama terhadap fenomena perubahan mendadak pada jadwal biologis manusia normal yang menyebabkan penurunan produktivitas ini.

Ritual puasa juga secara signifikan menurunkan ketangkasan fisik, misalnya pada ketahanan otot atau periode respon dalam waktu lama. Penelitian pada pemain sepak bola menemukan bahwa ketika berpuasa, kemampuan lari sprint dan kelincahan dalam waktu singkat memang tidak mengalami perubahan. Meskipun begitu, kapasitas aerobik, ketahanan dan kemampuan lompat atlet dalam jangka waktu lebih dari 30 menit akan turun secara signifikan.

Kajian sains tentang hubungan puasa dengan aktivitas fisik mestinya akan makin menggeliat setahun ke depan. Pasalnya, Olimpiade London 2012 akan bertepatan dengan jatuhnya bulan Ramadan. Awal Ramadan tahun depan diperkirakan akan jatuh pada 21 Juli 2012, seminggu sebelum Olimpiade London dimulai (dan hingga selesai). Apalagi diperkirakan bakal ada 3000 atlet beragama Islam akan berpartisipasi pada pesta olahraga dunia ini.

Salah satu alternatif menarik untuk tetap puasa selama aktivitas fisik yang intensif ini adalah sebuah kajian sains nutrisi yang meneliti bagaimana cara ‘membohongi’ otak ketika sedang puasa. Penelitian ini menunjukkan bahwa berkumur dengan cairan karbohidrat ternyata secara signifikan dapat meningkatkan performa para atlet. Air gula ternyata mengaktivasi area otak yang bertanggung jawab terhadap motivasi dan ganjaran.

Penelitian ini memberikan tugas lagi kepada ulama Islam untuk merumuskan kembali hukum puasa. Bagaimanakah hukum berkumur dengan air gula saat berpuasa? Apakah membatalkan puasa? atau hukumnya makruh? atau selama masa Olimpiade malah dianjurkan, mengingat membela negara hukumnya wajib?

Di sinilah tergambar bagaimana dinamisnya tugas para sarjana agama melayani pertanyaan umat agamanya. Tugas sarjana agama tidak sesederhana menilai hukum halal/haram rebonding. Mereka juga harus mengerti ilmu secara luas, termasuk sains, untuk menjawab tantangan umat masa kini.

***

Meskipun eksperimen laboratorium membuktikan bahwa puasa menurunkan performa fisik, sangat jarang orang yang berpuasa menyatakan bahwa ritual ini menurunkan prestasi. Banyak pelaku puasa merasa lebih fokus, bahkan memberikan keunggulan dibanding periode lain.

Sejarah Islam sendiri mencatat bahwa kemenangan pada perang Badr terjadi ketika Nabi Muhammad dan sahabat berpuasa pada Ramadan tahun kedua Hijriah. Proklamasi Indonesia juga terjadi pada bulan Ramadan, ketika Bapak pendiri bangsa ini sedang melaksanakan ibadah puasa.

Dalam ranah sains, analisa tentang hubungan korelasi dan kausalitas antara puasa dan performa masih diteliti lebih lanjut. Secara umum, pengetahuan baru akan meningkatkan pemahaman kita sendiri tentang mekanisme tubuh manusia. Secara praktis, Olimpiade tahun depan akan menunggu penelitian ini.

Mo Sbihi

Mohamed “Mo” Sbihi, seorang atlet dayung muslim asal Inggris, memutuskan akan menunda puasa pada Olimpiade London 2012. Dia bukan orang awam. Mo adalah muslim yang taat. Dia juga menyandang pendidikan tinggi dengan disertasi tentang performa atlet tanpa makan dan minum. Mo mengetahui ada trade-off antara puasa dan potensi penurunan performanya. Dan dia memutuskan akan menunda puasa Ramadannya tahun depan.

Mo tidak yakin apakah Imam masjidnya akan menyetujui keputusannya untuk menunda Ramadhan. Ia mengatakan, "Cara saya melihatnya seperti itu. Selama aku cepat, saya melakukannya di mata Allah, bukan di mata masjid lokal saya. Aku mungkin salah. Tapi, itu adalah cara saya melakukannya.”

Dalam posisinya, Mo berijtihad menggunakan pengetahuannya di bidang sains. Bagaimana kalau Anda yang berada pada posisinya?

Inspirasi:

Labs explore health effects of Ramadan

How Muslims can win Olympic gold during Ramadan

 

Tidak ada komentar: