15 Januari 2012

Benarkah Blog telah mati?

blog is dead

Sekitar akhir Desember 2011 hingga awal Januari 2012, jagat internet sempat dihangatkan dengan diskusi: Apakah blog telah mati? (1, 2, 3, 4, 5)

Saat ini, berbagai media sosial lain memang mulai berkembang pesat. Twitter menjadi trend media utama, Facebook masih dominan, meskipun trendnya mulai berkurang, dan Google+ menjadi pemain baru meskipun terasa lama. Friendster telah menjadi sejarah. Dan yang menjadi calon korban selanjutnya adalah: Blog.

Posting blog secara reguler semakin jarang saya lihat (termasuk posting blog saya sendiri). Tapi mungkin karena sayapun mulai jarang melakukan blogwalking, alias berjalan-jalan di blog orang lain. Saat ini, membaca satu posting blog lebih dari 600 kata terasa menjadi terlalu panjaaaang dan membosankan. Bandingkan jumlah ini dengan 140 karakter di twitter yang mungkin tidak lebih dari 20 kata. Bayangkan apalagi kalau sebuah twit dibandingkan dengan sebuah buku yang mencapai lebih dari 60 ribu kata!

Dunia internet sekarang telah terlalu penuh sesak dengan informasi (tulisan). Perhatian kitapun sudah sangat terfragmentasi. Terlalu banyak blog, berita, atau website yang tidak bisa lagi kita baca semua. Ditambah lagi dengan lini masa twitter yang makin padat dengan tambahan akun yang kita follow. Dalam waktu terbatas, orang lebih memilih media informasi yang cepat, kecil, dan sosial. Kita ingin memahami informasi secara cepat, dalam pecahan kecil, dan memungkinkan kita untuk bisa berinteraksi dengan orang lain.

Saat ini, gambar, suara, atau video semakin menjadi pilihan utama. Tumblr, infografik, dan Youtube memang menjadi media yang berkembang saat ini. Media suara dan video sajapun hanya bisa berdurasi optimal lima menit saja. Selebihnya, mereka jadi membosankan dan sulit dijangkau (baca: buffering).

Media tulisan sebagai media penyampai pesan mungkin akan berakhir. Seperti judul kolom Goenawan Mohamad, tulisan akan menjadi sekedar Catatan Pinggir. Mistis dan imajinatif, tetapi mungkin akan segera digantikan oleh media informasi lain. Kebanyakan orang mau yang jelas dan sederhana. Dan mungkin ini sebuah sebab lahirnya dogma..

“Dogma adalah simplifikasi ilmu. Ilmu adalah sofistikasi dogma..”

Sekarang ini, beberapa teman yang berminat dalam diskusi sains juga mulai jarang membaca buku. Mereka lebih senang menonton video, salah satunya koleksi video TED. Belakangan ini, saya juga sering mencari resensi buku di Youtube sebelum membaca bukunya itu sendiri. Beruntung kalau penulisnya telah memberikan kuliah yang diunggah ke Youtube. Hal ini saya lakukan pada buku The Lean Startup tulisan Eric Ries. Tinggal search di Google, maka videonya ditemukan. Akibatnya, saya malah tidak jadi membaca bukunya. Hehe..

Video kills the radiostars, Youtube kills the bookwriters?

Pernahkah membayangkan kalau suatu saat, proses transfer informasi sudah menggunakan sistem seperti di film Matrix Trilogy. Mau belajar Fisika Teori, tinggal mengunggah rumus Stephen Hawking dari hard disk ke otak. Mau belajar Tai Chi, juga tinggal mengunggah ke otak, langsung seperti Jet Li. Keren sekali!

Pada skenario masa depan seperti ini, kegiatan membaca bukan lagi kewajiban, melainkan hanya merupakan hobi semata. Sebuah hobi yang tidak efisien lagi tetapi tetap dilakukan untuk mengapresiasi sejarah. Mirip seperti koleksi motor Honda bebek C70 yang sempat ngetrend.

Belakangan ini, beberapa sahabat ingin menghidupkan kembali blog bersama yang telah mati suri. Posting terakhir adalah tahun 2006, itu pun cuma ucapan lebaran dan tahun baru di tengah kesunyian posting. Blog ini berisi tentang nostalgia masa perkuliahan, terutama kehidupan ‘keluarga’ lantai 4 kampus saya sekitar tahun 1996-2004. Memang setelah tahun 2005, tidak banyak yang perlu diceritakan. Masing-masing dari kita telah berbeda secara geografis, karier, dan pemikiran.

Dalam blog pribadi, saya memposting berbagai hal menarik yang baru saya temui. Kalau dulu isinya kebanyakan pribadi, belakangan malah jadi mirip artikel (sok) serius. Sekarang saya memang sengaja menulis posting blog yang menenggelamkan personalitas saya. Terus terang, saya merasa cukup jengah dengan ‘transparansi’ dunia internet. Memang tidak perlu sampai menjadi anonim, tapi juga tidak sampai seluruh kehidupan pribadi terpapar dalam media sosial.

Blog pribadi saya memang berevolusi, mulai dari cerita tentang diri sendiri, hingga menyangkut sejarah agama dan spiritualitas, dan sekarang banyak bicara soal sains dan perilaku manusia. Memang saat ini, sains banyak menjelaskan perilaku manusia, mulai dari yang (sedikit saja) rasional hingga yang (banyak sekali) tidak rasional. Saya jadi gemar menawarkan topik yang cenderung tabu dari perspektif lain, misalnya: korupsi, seks, alkohol, evolusi manusia, kehidupan hasil cipta manusia, atau agama sebagai budaya.

Beberapa waktu yang lalu, saya melihat posting blog dari Soleh Solihun. Dia mengatakan bahwa ngeblog itu ada tiga fase. Yang pertama, fase menulis karena diri sendiri. Biasanya isinya seperti diary pribadi dan diasumsikan jarang ada yang membaca. Fase kedua ialah menulis karena ingin mendapat perhatian orang. Karena sudah mulai dibaca orang, maka isinya mulai dipikirkan serius. Fase terakhir ialah menulis karena pesanan orang lain. Kalau ini sih blog berbayar..

Tapi biarlah blog dikatakan hampir punah. Mungkin sudah saatnya media ini mati. Toh tidak ada yang abadi (kecuali Turritopsis nutricula dan manusia, kalau penelitian telomerase dapat diaplikasikan.. Teteup!)

Tapi menurut saya, blog dapat berusia lama, ramai dikunjungi, dikomentari banyak orang kalau ia memiliki isi yang konversasional: blog yang mengajak bicara pembacanya dengan bahasa yang sederhana, aktual, dan segar. Saya menemukan hal ini di personal blog Henry Manampiring. Orang dengan akun twitter @newsplatter ini banyak membahas hal baru dalam persona joker-nya.

Saya menikmati personal blog Iman Brotoseno. @imanbr (twitter) ini pekerja seni yang memang blogger beneran. Menurutnya, blog pribadi ini adalah rumah yang berisi kumpulan gagasan, ide, harapan serta jurnal harian. Banyak sejarah versi alternatif dan perspektif menarik terhadap kejadian aktual, seperti masalah kebangsaan, kekerasan atas nama agama, dll. Dan yang pasti Iman adalah Soekarnois sejati!

Saya juga terkesan dengan blog Endah n Rhesa. Mereka (twitter: @endahnrhesa) adalah duo akustik Endah (gitar-vokal) dan Rhesa (bass) yang juga sekaligus suami-istri. Dalam posting blognya, Endah banyak bercerita tentang kisah dan aktivitas bandnya, plus sedikit cerita rumah tangga. Tersirat di dalamnya, saya juga menemukan kegairahan, sikapnya terhadap bermacam hal, bahkan mimpi-mimpi mereka. Saya jadi terinpirasi dan ikut tertular kegairahan mereka tuh. Dalam semalam saya baca habis posting dari awal hingga akhir!

Jadi, ada benarnya kata Band Nidji, “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia.” Tapi juga jangan lupa: tuliskan mimpi anda di blog supaya bisa menular kepada pembaca..

***

PS: Terima kasih kepada teman telah membaca habis posting blog sepanjang  tepat seribu kata ini. Anda adalah sedikit dari orang yang terpilih! (dan mungkin sial. Hehe..)