17 Juli 2007

Punya siapakah hati manusia?

Beberapa hari ini adalah waktu-waktu di mana cobaan datang dengan cara yang tidak diduga-duga. Ternyata tidak semua cobaan datang dengan cara yang elegan, seperti selalu yang dibayangkan, diceritakan di kisah-kisah terkenal, disinetronkan teve-teve swasta. Seperti apa? Kekurangan, kehilangan, kehampaan..
Ternyata cobaan pun bisa datang dengan cara lainnya yang tidak kalah elegan : dari kecukupan, mendapatkan, kehadiran..

Seorang penyair dari Arab pernah berkata :
“Manusia tidak disebut insan kecuali karena sifat pelupanya…
Dan hati tidak dinamakan kalbu kecuali karena ia cepat berubah.”

Ini adalah hanya sebuah masalah klasik, yang dialami miliaran manusia, sebelum kita, saat ini, dan sesudah kita. Jadi, tidak perlu menganggap bahwa ini adalah soal-soal yang luar biasa.

:
“Yesterday, I could not imagine how I could reach end of the day without spending time together with you... Today, I cannot imagine how I reach end of the day being with you”

Fakta yang sama, perasaan yang berbeda...
Perasaan yang sama, logika yang berbeda...
Logika yang sama, tingkat komprehensi yang berbeda..
Tingkat komprehensi yang sama, hati yang berbeda..
Hati yang berbeda, pemilik yang selalu saja sama..

Doaku pada-Mu:
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku atas pilihan-Mu“

tomang, 11.05
cokhy indira fasha