18 November 2008

Ilham dari Pinggiran Jalan Raya

Ada kenikmatan tersendiri berjalan menyusuri pinggiran jalan raya. Di bawah terik matahari, menarik nafas dengan sedikit bau asap kendaraan, diiringi dengan musik khas berupa bunyi gas dan klakson mengiringi perjalanan. Dinding adalah galeri grafiti artis sekolahan yang masih segar. Sering juga, pedagang kaki lima berteriak memanggil agar kita bersedia menengok ke dagangannya.

Dari beberapa kali perjalanan, seringku menemukan pencerahan di lokasi yang unik ini. Pinggiran jalan raya adalah kesempitan di ruang terbuka. Ia merupakan media hijrah manusia. Ia sejenis jendela terhadap dunia realitas. Ia mengundang pencarian ilmu pengetahuan. Ia penggalian hikmah. Ia ialah ilham.

Pinggiran jalan raya adalah sebuah paradoks, karena ia adalah kesempitan pada ruangan terbuka. Lebarnya sering kali hanya cukup untuk satu orang karena lebar sebelumnya telah dipotong untuk pelebaran jalan raya. Kadang-kadang, lebar yang sudah minim ini sering dibagi lagi oleh klaim teritorial pedagang kaki lima yang mencari nafkah. Kadang-kadang malah, tidak bisa sama sekali dilewati bila sedang ada galian kabel atau gorong-gorong.

Pinggiran jalan raya merupakan media hijrah manusia. Di jalur yang sempit ini, manusia hijrah berpindah dari titik satu ke titik yang lain. Dengan berjalan kaki, manusia menghijrahkan pribadinya dari tempat satu ke tempat lain. Dengan berdagang di kaki lima, manusia menghijrahkan keluarganya dari ketidakberdayaan ekonomi menjadi keberdayaan ekonomi. Dengan menggali kabel dan gorong-gorong, manusia menghijrahkan masyarakatnya dari ketertinggalan teknologi menjadi kemajuan teknologi.

Oleh karena itu, pinggiran jalan raya menjadi sejenis jendela terhadap dunia realitas, dunia yang senyata-nyatanya. Ternyata ia tidak hanya memiliki fungsi dasar saja sebagai tempat orang berjalan, tetapi juga memiliki fungsi ekonomi bagi banyak keluarga dan fungsi pengorbanan demi perkembangan teknologi bagi masyarakat. Bahwa di balik itu, ada suatu kenyataan bahwa kesempitan pinggiran jalan raya ini menyebabkan timbulnya berbagai ‘tambahan’ fungsi yang tidak kalah penting.

Fungsi yang kalau dihilangkan, lebih dari 12 ribu keluarga di Jakarta saja yang bergantung dari bisnis kaki lima yang akan kehilangan keberdayaan ekonominya. Fungsi pengorbanan yang kalau dihilangkan, pengembangan fasilitas listrik, telepon, gas, internet, drainase dan berbagai kebutuhan teknologi lainnya tidak usah diomong-omongkan lagi.

Realitas pinggiran jalan raya ini selalu menarik untuk dijadikan bahan pengamatan dan diteliti oleh ilmu pengetahuan. Berapa penelitian yang sudah dihasilkan sosiologi pinggiran jalan raya sangat terkenal dengan topik anak jalanannya? Berapa banyak arsitek pinggiran jalan raya juga tidak hentinya membuat rancangan terbaiknya untuk menemukan desain terbaik untuk mengakomodir berbagai fungsinya ?

Bagiku sendiri, pinggiran jalan raya adalah tempat yang sederhana dan jujur. Ia adalah tempat belajar kebijaksanaan. Ia adalah tempat memahami sumber keindahan sekaligus keburukan. Ia adalah tempat mempertanyakan hidup. Sebab katamu kan, “Hidup yang tidak dipertanyakan itu adalah hidup yang tidak patut dilanjutkan.”

Bagiku, pinggiran jalan raya adalah ilham.

4 November 2008

fX

Langkah sore hari ini membawa saya ke sebuah mal perbelanjaan baru di bilangan Senayan bernama fX. Kalau Anda berada di Jakarta mungkin sudah pernah mendengar mal yang bernama eX, nah fX adalah adiknya si eX mal itu, berada di bawah manajemen yang sama.

Pemandangan yang saya lihat benar-benar perubahan yang sangat dramatis, mengingat beberapa tahun yang lalu manajemen bangunan fX ini masih bermasalah dengan penghuni apartemennya. Dengan uang muka yang sudah dibayar oleh calon penghuni apartemennya, pembangunan gedung ini terhambat karena kesulitan likuiditas. Saya tidak tahu kabar terakhirnya, tetapi harusnya permasalahan ini sudah beres.


Sekilas pengamatan saya merasakan atmosfir mal fX, menurut saya kurang tepat kalau disebut sebagai mal perbelanjaan. Kelihatannya tidak terlalu banyak toko-toko tempat berbelanja barang-barang. Toko yang dominan di fX adalah restoran, kafe, pusat kebugaran dan tempat lain yang membuatnya lebih layak disebut 'lifestyle' mal.

Sepertinya fX ini ingin memposisikan diri sebagai komplementer mal Plaza Senayan seperti eX yang merupakan komplementer dari Plaza Indonesia. Plaza Senayan dan Plaza Indonesia terkenal dengan prestisenya sebagai mal perbelanjaan kelas atas. Hal ini dilihat dari tenantnya yang terdiri dari berbagai merk asing terkenal. Komplementer dari toko-toko belanja terkenal ini, fX dan eX hanya ingin mengambil sedikit porsi saja, yaitu sebagai mal gaya hidup.

Salah satu pendukungnya adalah mal ini dilengkapi dengan fasilitas internet wifi berkecepatan sedang (menurut pengalaman saya). Hal ini membuat orang dipaksa untuk betah duduk beberapa lama, minimal untuk mengecek situs favorit di laptop yang dibawa. Selain itu, berbagai kafe dan tempat nongkrong menawarkan dirinya untuk dikunjungi berlama-lama tanpa khawatir kita diusir oleh karyawannya. Terakhir, Premium XXI (yang harga tiketnya cuma 15 ribu) akan melengkapi preposisi mal ini sebagai mal gaya hidup.

Sebagai penarik perhatian pengunjung, di fX ini ada perosotan terpanjang di Indonesia, namanya 'Atmosfear'. Cukup dengan membayar Rp 50.000 (weekdays), kita sudah bisa merasakan 'adrenalin rush' yang diciptakan oleh wahana sepanjang 26 sekian meter ini. Seingat saya, pada awal-awal pembukaannya, wahana ini digembar-gemborkan di berbagai iklan di radio lokal dan sepertinya menarik minat banyak orang untuk mengunjunginya.

Hal yang baru adalah management fX mempromosikan fasilitas meeting di berada di dalam mal ini. Sayang saya tidak menemukannya pada kunjungan pertama saya. Kalau memang benar begitu, bertambahlagilah fungsi sebuah mal, yaitu sebagai ruang kantor dadakan. Dengan begitu, 'flexible time', 'mobile office', dan konsep sejenisnya dapat makin terakomodasi di Jakarta.

Saat ini kalau sore-sore kita lihat, pengunjung mal fX sudah relatif banyak. Minimal orang berkunjung untuk bertemu setelah jam kerja menunggu 'three in one' di bilangan Senayan.
Memang ada-ada saja orang Jakarta, tidak pernah berhenti berinvovasi.

Well, selamat datang fX di kancah persaingan mal di Jakarta. Semoga bisa exist..

2 November 2008

setelah rambutmu tergerai

rambutmu yang rimbun tergerai
bagaikan pelepah palma menyentuh rerumputan
maka teduhlah pangkuanmu
dan kegelisahanku menggeletak di situ

matamu yang lebar memantulkan wajahku
aku menyebut namamu, kamu menyebut namaku
suara kita mengambang terapung dalam waktu melayang-layang di cakrawala jiwa
ditelan sepi yang abadi
dan segera saling merasa bahwa kita punya derita yang sama

bulu-bulu halus di susumu bergetar dilanda napas birahiku
leher dan pundakmu adalah pelabuhan zaman
teluk alam yang mampu menanggapi badai lelaki
menghamburlah badaiku kepadamu
badai dari kuku
badai dari ujung jari
badai dari kulit perut
badai dari mimpi kanak-kanakku
badai dari hasrat yang terpendam
badai dari naluri purbakala
badai 36 tahun dari hidupku
melanda pinggulmu

pinggulmu yang sentosa bagai perahu
membawaku mengembara ke alam dongengan
kamu adalah ratu syeba, cleopatra, drupadi
kamu adalah dewi durga

kukulum telingamu
gurih dan lembut rasanya
dan napas hidupku melewati selaput telinga,
masuk kedalam dada dan perutmu
aku mencari jiwamu
kita tak bisa bicara
kita tak usah bicara
kata-kata adalah bayangan dari harapan
tetapi bukan harapan yang sebenarnya
kata-kata adalah janji, tetapi bukannya isi hati

di dalam badai jiwa kita saling menerka dan meraba
wahai, wanita dengan rambut bau cendana
betapa kamu lihat diriku
aku ada,
tetapi siapakah aku

kukerahkan seluruh diriku kepada tanganku yang membelaimu
urat lehermu yang biru berbicara dalam denyutan-denyutan
jari-jarimu mencengkeram kasur sofa
itulah bahasa yang kuat
di luar kata-kata banyak kita bicara
denyut jantungmu berjawaban dengan denyut jantungku
dua tubuh satu getaran
dua jiwa satu bahasa
astaga!
kau gigit pundakku dan segera aku alami apa maknanya

WS Rendra
Komunitas Utan Kayu, 13 Mei 2006

dibacakan pada deklarasi "Masyarakat Bhinneka Tunggal Ika"
berdasarkan keprihatinan pada RUU APP