17 Februari 2011

Variasi Seksual dari Mata Genetika

Setelah mengetahui mengapa kebanyakan makhluk hidup memiliki dua jenis seks, kita juga perlu membahas dari mana asal usul seksualitas. Umumnya kita dengan mudah mengetahui jenis seks manusia, pria dan wanita, berdasarkan ciri fisiknya. Tetapi kita juga sering menemui variasi ciri fisik yang menjadi abu-abu di antara kedua jenis seks ini.

Alterina Hofan

Kasus Alterina Hofan tahun 2010 lalu merupakan masalah seputar gradasi seksualitas. Alter dituduh jaksa bersalah mengubah status jenis kelamin pada KTP dan KK-nya dengan motif ingin menikahi Jane, istrinya sekarang. Jaksa menuntut 5 tahun penjara. Belakangan, tindakan Alter dinilai hakim bukan tindak pidana sehingga dilepaskan dari tuntutan penjara.

Sejak lahir, Alter mempunyai payudara dan vagina. Orang tuanya pun membuatkan akta kelahiran Alter berjenis kelamin wanita. Ketika memasuki masa akil baligh, Alter mengalami pertumbuhan penis dan psikologisnya menjadi seorang laki-laki. Diapun tidak mengalami menstruasi dan tidak memiliki rahim. Fakta itu yang membuat Alter merubah status seksualnya menjadi laki-laki.

***

Kontroversi di atas menunjukkan seberapa kerap terjadinya kerumitan dalam menentukan jenis seks manusia. Para ahli sering kerepotan memutuskan apakah genetik, hormon, ataukah ciri-ciri fisik yang menentukan jenis seks. Dengan peningkatan pesat populasi manusia, kita harus siap menemukan variasi seksual yang bakal lebih banyak terjadi.

Pada era sebelumnya, hidup begitu mudah ketika menentukan jenis seks hanya perlu melakukan identifikasi ciri fisik. Ketika bayi lahir, dapat mudah dilihat apakah ada penis (dan testis) atau vagina. Secepat itu pula jenis kelamin dapat ditentukan dari ciri fisik langsung.

Kemudian diketahui beberapa orang yang memiliki ciri-ciri seks ganda, wanita dan pria. Ada orang yang memiliki penis sekaligus vagina. Ada juga yang tiba-tiba berubah dari wanita ke pria (atau sebaliknya) seperti kasus Alter di atas. Karena tidak memiliki pemahaman yang cukup, orang dengan variasi ini cenderung dipinggirkan secara sosial.

Kemudian ilmu genetika manusia semakin berkembang dengan diketahuinya kromosom penentu jenis seks. Kromosom XX dimiliki oleh wanita, sedangkan kromosom seks XY dimiliki oleh pria. Verifikasi seks kemudian menjadi beken.

Uji ini pertama kali digunakan secara kontroversial dalam olahraga pada uji pertandingan olahraga yang dimulai pada kejuaraan Atletik Eropa tahun 1966. Pelaksanaan test ini dilakukan karena kekhawatiran ada pria yang yang mengikuti pertandingan atletik yang seharusnya dilakukan hanya untuk wanita saja. Test genetik yang dilakukan ketika itu hanya sesederhana uji kromosom XX dan XY saja.

Sindrom Klinefelter

Belakangan juga muncul variasi lain pada konfigurasi kromosom ini. Ada sindrom Klinefelter di mana seorang pria yang memiliki kelebihan kromosom X,  menjadi XXY. Variasi Klinefelter ini membuat perkembangan testis terganggu dan berkurangnya kesuburan. Pada beberapa individu dengan sindrom Klinefelter, terjadi pertumbuhan sekunder payudara meskipun memiliki ciri fisik pria (penis dan testis). Dan banyak pula perkembangan lain seputar variasi jumlah kromosom ini, mulai dari XXYY, XXX, XYY, dan lain-lain memiliki simptom berbeda dan kadang mematikan.

Sainspun terus berkembang. Kemudian ditemukan beberapa kasus manusia dengan kromosom XX yang memiliki organ seks pria (yang seharusnya wanita). Sebaliknya, juga ditemukan manusia dengan kromosom XY yang memiliki organ seks wanita (yang seharusnya pria). Dan hidup pun semakin sulit. Jenis seks mendadak tidak dapat lagi ditentukan hanya dengan kromosom XX dan XY saja.

Lalu diketemukan ternyata di dalam kromosom Y ternyata terdapat gen SRY (Sex-determining Region Y) yang menjadi gen pemicu pertumbuhan seksual pria. Kadang-kadang gen SRY ini dapat berpindah ke kromosom X sehingga kromosom X ini dapat memicu pertumbuhan seksual pria ini. Variasi ini dinamakan XX male syndrome.

Sebaliknya, pada beberapa kasus manusia dengan kromosom XY, gen SRY yang terletak pada kromosom Y-nya rusak. Hal ini menyebabkan gen SRY tidak dapat mengekspresikan ciri seks pria. Kemudian hal ini menyebabkan manusia dengan kromosom XY menjadi wanita. Variasi ini disebut sindrom Swyer atau XY gonadal dysgenesis.

***

Topik genetika seksual pun terus berkembang. Dengan berbagai riset, penentuan seksual menjadi semakin akurat, meskipun juga semakin rumit (dan makin mahal). Dan riset ini pun menunjukkan pria atau wanita itu bukan jenis seks yang terpisah. Ada variasi diantaranya..

Dan penemuan selanjutnya juga semakin membuka tabir rahasia variasi seksual pada manusia. Saya sendiri berharap pemahaman mekanisme penentuan seks pada manusia akan mengembangkan perilaku sosial manusia dalam menyikapi variasi ini. Sosial disini dimaksudkan seluas-luasnya: moral, agama, dan segala macam nilai yang hidup dalam masyarakat.

Apakah mungkin manusia lebih bijak setelah memahami variasi seksual dalam diri dan masyarakatnya sendiri? Sebuah pertanyaan yang perlu segera dijawab umat manusia..

(bersambung)

Tidak ada komentar: