6 Februari 2011

Ekonomi Sebagai Logika Kehidupan

Sejak minggu lalu, sebenarnya saya sudah berencana menulis sambungan dari topik seputar evolusi manusia. Tepatnya dua tulisan tentang evolusi manusia, yaitu dari sudut pandang neurosains dan sudut pandang kebudayaan. Tapi sayangnya, materi yang relevan untuk mulai menulis celotehan tentang evolusi manusia selalu saja tertinggal, bahkan terancam sudah terkubur di tumpukan buku lain. Jadi obrolan seputar Homo sapiens dan Homo-Homo lainnya ditunda hingga waktu yang tidak terbatas.

***

Tapi belakangan ini, saya malah kembali akrab dengan materi seputar ekonomi, baik secara teoritis (baca: materi ajar) dan praktis (baca: buku populer). Materi ajar yang sedang saya akrabi adalah Business Economics. Isinya lebih kurang tentang bagaimana menggunakan pola pikir ekonomi dalam membuat keputusan manajemen. Cara pengajarannya agak merepotkan, terutama bagi orang yang belum pernah atau jarang terpapar oleh topik bahasan ekonomi.

Sebaliknya, saya terkesan dengan tulisan tentang ekonomi yang dihadirkan oleh Tim Harford dalam bukunya The Logic of Life. Buku ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Logika Hidup. Tim Harford menulis dengan gaya bahasa dan bahasan yang mudah dan praktis. Topik bukunya membahas fenomena kehidupan sehari-hari melalui kacamata ekonom yang secara sekilas terlihat rasional dan dingin. Saya sendiri menulis blog ini dan itu, salah satunya terinspirasi oleh buku The Undercover Economist yang merupakan buku pertama Tim Harford.

     

Banyak orang (termasuk saya) yang terlanjur pusing dengan bahasan ekonomi yang diberikan di sekolah atau dalam media massa umum. Kurva permintaan-penawaran, laju inflasi, GDP, game theory, dan topik seputar ekonomi lainnya terdengar seperti bahasa alien bagi orang awam, apalagi bila penyampaiannya tidak tepat.

Buku The Logic of Life membahas logika rasional yang terkandung dalam fenomena yang dapat kita amati sendiri. Perubahan perilaku seks remaja, kejahatan, perceraian, rasialisme, politik kantor, gender, hingga perkembangan kota dibahas secara sederhana melalui kacamata ekonomi. Saya sendiri jadi sering tersenyum, melamun, dan kadang terkejut dengan fakta, selipan anekdot, dan pada akhirnya kesimpulan dalam buku ini.

Asumsi utamanya: orang yang rasional akan merespon terhadap suatu pertukaran dan insentif. Ketika biaya dan keuntungan berubah, orang juga akan mengubah perilaku mereka. Orang yang rasional akan memikirkan masa depan dan saat ini ketika mencoba mengantisipasi konsekuensi yang mungkin terjadi akibat tindakan yang dilakukannya di dunia yang serba tidak pasti ini.

Berbagai buku populer tentang ekonomi yang muncul belakangan ini memudahkan orang awam mengetahui logika ekonomi dalam melihat dunia kita sehari-hari. Buku macam The Logic of Life (Tim Harford), atau juga Freakonomics (Steven Levit dan Stephen Dubner) akan memudahkan orang awam untuk mengerti apakah makna ekonomi dalam kehidupan pribadi, dan juga bagaimana para ekonom berpikir.

“Para ekonom mencari logika tersembunyi di balik kehidupan, bagaimana hal itu dibentuk oleh yang rasional yang terlihat ataupun tidak. Terkadang keputusan rasional ini membuat hidup lebih baik, terkadang membuat lebih buruk. Tetapi jika kita ingin memahami dunia (atau bagaimana cara mengubahnya), memahami pilihan rasional yang membentuknya adalah titik awal yang baik.”

-Tim Harford dalam The Logic of Life-

Saya tidak mau berpanjang lebar membicarakan tentang ekonomi (apalagi mempromosikan buku ini lebih jauh!). Mungkin obrolan seputar ekonomi bisa dilakukan pada obrolan ringan di warung kopi terdekat (juga tidak bermaksud promosi warung kopi!).

***

Banyak topik lain yang sulit dimengerti oleh orang awam dan sebenarnya menarik untuk dibicarakan dalam obrolan sehari-hari. Mungkin masalahnya adalah kendala bahasa dan aplikasi dalam kehidupan pribadi. Syukurlah, saya amati makin banyak kolumnis media massa yang menulis topik-topik sulit dalam gaya bahasan yang lebih praktis.

Penulis buku best-seller kontemporer macam Tim Harford, Jonah Lehrer, Stephen Dubner, Malcolm Gladwell adalah kolumnis yang sehari-hari membahas topik yang kompleks dengan tuturan yang membumi. Menghubungkan paper ilmiah yang menjemukan dengan kenyataan yang terjadi di lingkungan kita sehari-hari membutuhkan keahlian tersendiri. Dan keahlian ini memang dikuasai dengan sangat baik oleh orang di industri media.

Menyederhanakan sesuatu yang kompleks ternyata membutuhkan usaha tersendiri. Saya jadi ingat kutipan bagus yang saya dapatkan dari tumblr Obot, teman (senior) kuliah saya:

If you can’t explain it simply, you don’t understand it well enough” –Albert Einstein

2 komentar:

Dya Ry mengatakan...

saya juga dah baca buku ini. memang keren. semua org perlu membacanya, terutama mahasiswa ekonomi. hahaha. :D

cokhy mengatakan...

Yup, betul sekali Dyah. Emang keren banget bukunya..

Saya sempat baca lagi The Economic Naturalist tulisan Robert H. Frank, tapi tidak selesai dan kelewat buku lainnya. :)

Thanks for comment.