29 Mei 2008

Wahai Dunia

Wahai dunia!
Kamu mendekat-dekatlah padaku, berusaha keras merayu-rayuku, sudahlah, berhentilah, karena diam-diam, jauh di lubuk hatiku, sudah ku-talak tiga kehebatanmu.

Wahai dunia!
Kugenggam engkau di tanganku, kuselipkan di salah satu jari-jariku. Cukuplah itu bagimu. Berhentilah mengharapkan agar aku memasukkanmu ke dalam hatiku. Yang berhak mendiami hatiku adalah kekasih-kekasihku, dan engkau tak punya apapun yang pantas menjadi kekasihku.

Terimalah nasibmu, wahai dunia! Uruslah jabatan, karier, segala khayalan tentang kemajuan dan pembangunan. Aku mendukungmu dalam posisi itu, tetapi hentikanlah mimpi untuk menguasai hidupku, apalagi untuk mendapatkan tempat persemayaman di kandungan jiwa cintaku.

-Ali & MH-

========================================

O Dunia dari air dan tanah lempung,
sejak kukenal kau, telah kukenal pula selaksa bencana dan perih derita.

Kau padang rumput bagai keledai, bukan tempat bagi Isa;
kenapa telah kukenal padang rumput bagai keledai ini?

Mula-mula kau keluarkan hidangan, kemudian kau berikan padaku air manis;
kau ikat sepenuhnya, agar akupun mengenalmu sepenuhnya pula.

Mengapa takkan pula mengikatku sepenuhnya, karena Tuhan pun menyebutmu sebuah buaian?
Bagai pohon kuangkat kedua belah tanganku dari tanah ini mendambakan Yang Satu yang membuat aku mengenal damba.

“O kelompok buah, betapa kiranya maka di masa kanak kau menjadi serupa si tua sepenuhnya?” Terdengar jawaban, “Aku melepaskan diri dari gairah remaja ketika kukenal angin lembut.”

Menjulang ke atas karena ia berasal dari atas;
aku bergegas ke arah asalku, karena tahu asalku.

Berapa lama lagu aku akan bicara tentang “atas” dan “bawah” lagi?
Keterbatasan dari ruang ialah asalku, aku tidak berasal dari ruang;
karena aku tahu dari mana asalnya ruang.

Tidak, diamlah, masuklah ke dalam tiada, jangan menjadi apapun dalam tiada;
lihatlah bagaimana aku mengenal yang ada dari yang tiada!

-Rumi-

=============================================

Apakah ikan menyadari keberadaan air sementara hidup diliputi air?


Pernahkah ikan menyadari bahwa di luar air terdapat tanah, udara, dan kehampaan?

Selanjutnya, apakah ada ikan yang menginginkan kehidupan di tanah, udara, dan kehampaan?

Jangan-jangan, ikan merindukan hal-hal yang bukan tanah, udara, dan kehampaan?

Kembali lagi, apakah ikan menyadari keberadaan air sementara ia hidup diliputi air?

-C-

Tidak ada komentar: