Tepat satu minggu lalu, Nenek saya menghembuskan nafas terakhirnya. Saya melawat tepat sebelum Almarhum dibawa ke pemakaman. Ketika menemui almarhum terakhir kalinya, saya kecup kedua pipinya yang dingin sebagai tanda perpisahan. Lalu kemudian kain kafan ditutup..
Kematian itu sering dianggap absurd. Kalau bisa, sedapat mungkin kita menghindar untuk membahasnya. Kita enggan membicarakan kematian secara faktual dan lugas. Kita cenderung lebih nyaman membicarakan hal seputar kematian dalam kerangka spiritual. Menghadapi kematian salah seorang anggota keluarga atau orang yang dekat dengan kita umumnya merupakan situasi haru dan sering kali dramatis. Kajian antropologi berusaha menghadirkan hal faktual seputar budaya kematian dalam kerangka akademis yang lebih objektif.
Dalam hampir semua tradisi, kematian merupakan peristiwa spiritual yang sangat penting. Antropolog telah melakukan banyak studi mengenai respon kelompok manusia terhadap kematian anggota kelompoknya. Budaya kematian sendiri sudah dimulai semenjak peradaban dimulai. Perlakuan khusus terhadap individu yang mati telah ditemukan sejak 300 ribu tahun yang lalu, jauh sebelum Homo sapiens hadir di bumi. Kajian Etologi (perilaku hewan) juga menunjukkan bahwa hewan primata modern seperti Bonobo dan Simpanse telah memiliki perlakuan khusus terhadap anggota kelompoknya yang mati.
Ada apa setelah mati? Dalam budaya kematian, konsep kehidupan setelah mati (after life) merupakan salah satu dogma sentral dalam sistem agama dan kepercayaan. Setiap kebudayaan memiliki variasi konsep kehidupan setelah mati. Pilihan Jannah-Jahannam/Heaven-Hell adalah konsep kehidupan setelah mati dalam agama Ibrahimiyah (Islam, Kristen, Yahudi). Hal ini bergantung pada tindakan yang semasa hidup. Samsara-Moksha adalah konsep siklus kehidupan dalam agama yang berasal dari India (Hindu, Budha, Sikh). Dalam konsep ini, reinkarnasi makhluk (samsara) terus terjadi hingga ia bersatu dengan Tuhan (mokhsa). Banyak lagi konsep kehidupan setelah mati lain yang dipengaruhi oleh budaya masing-masing.
***
Persiapan kematian biasanya dilakukan dari berbagai aspek. Persiapan dari sisi spiritual dilakukan secara pribadi. Keimanan pada kehidupan setelah mati dapat membuat seseorang merasa siap secara spiritual menuju kematian. Buku “Psikologi Kematian” tulisan Komaruddin Hidayat memberikan saran bagaimana menjemput kematian dengan hati yang tenang. Kita cenderung takut kematian karena tidak memahami hakikat kematian. Buku ini berusaha menjelaskan memahami lebih jauh tentang kematian, terutama dari sisi spiritualitas.
Persiapan seputar kematian terkait persiapan 'duniawi' juga perlu dilakukan. Salah satu hal yang penting dalam persiapan 'duniawi' ini adalah mempersiapkan orang-orang yang tergantung terhadap pribadi. Anggota keluarga yang bergantung secara fisik, emosi, intelektual, dan materi memerlukan persiapan yang matang dalam mempersiapkan kematian anggota keluarganya.
Saya sangat terkesan ketika menonton video Randy Pausch yang berjudul "Last Lecture: Really Achieving Your Childhood Dreams." Ia adalah seorang profesor sains komputer di Universitas Carnegie Mellon. Randy menderita kanker pankreas (seperti yang diderita Steve Jobs saat ini). Pada Agustus 2007, dokter memberikan diagnosa bahwa kesehatannya bertahan tinggal sekitar 3-6 bulan lagi.
Mengetahui kondisi kesehatannya, Randy memberikan kuliah terakhirnya. Pada kuliah ini, ia menginspirasi para penonton untuk mengejar mimpi masing-masing. Randy bercerita tentang pengalaman hidupnya, termasuk persiapan terhadap kematiannya. Sangat disarankan untuk ditonton! Randy Pausch sendiri meninggal pada 25 Juli 2008 karena komplikasi dari kanker pankeas yang dideritanya.
Pada tulisan berikut, saya akan bercerita sedikit tentang proses biologis yang terjadi pada tubuh kita setelah kematian. Moga-moga pemahaman tentang kematian akan bertambah dan menurunkan ambang takut terhadap kematian.
Source:
British Archaeology magazine, August 2002
dll..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar