Menurutku, mestinya kemiskinan jangan dihabiskan lah dari dunia ini. Kasihan para pejuang pengentas kemiskinan bisa-bisa sepi order. LSM-LSM bisa kehilangan sumber dana. Politikus bisa kehilangan dukungan politik orang miskinnya. Para ekonom bisa kehabisan bahan studi pemerataan ekonominya. Para sosiolog bisa kerepotan harus menulis kembali teori pertentangan kelas. Malah, para orang miskin pun bisa kehilangan status kemiskinannya. Apa tidak repot tuh?
Kalau kemiskinan dihubung-hubungkan dengan kesederhanaan, sebenarnya tidak harus berbanding lurus. Malah kalau boleh, dikatakan saja kah tidak ada hubungan sama sekali. Yah, kalau terpaksa ya boleh lah kemiskinan itu dikatakan sebagai 'kesederhanaan yang terpaksa'. Meskipun ini akan merendahkan arti kesederhanaan itu sendiri. Atau jangan-jangan ini adalah wacana untuk menghibur orang-orang miskin? Toh, orang miskin pun bisa saja hidup tidak sederhana..
Ada benarnya idiom bahwa orang miskin disayang Tuhan. Lantas, memang orang kaya tidak disayang begitu? Tidak kan? Kalau katamu iya, ini sih sudah pasti propaganda untuk menghibur orang-orang miskin. Sudah begitu lantas, kita jadi tenang. Kalau kita merasa miskin, kita bisa tenang merasa disayang Tuhan; kalau kita merasa kaya, kita bisa tenang orang-orang miskin tenang dan tidak merusak aset yang kita rasa milik kita. Bisa-bisa dikatakan candu masyarakat kalau begitu. Kata guru-guru agama, Tuhan itu maha penyayang. Ya, mestinya orang miskin, orang kaya, orang baik, orang jahat, kambing, tokek, bluwek sama disayang Tuhan dong..
Di bumi Tuhan yang kaya raya ini, kemiskinan termasuk salah satu aset kekayaannya. Masa aset milik pihak lain mau kita hilangkan? Katanya Pak botak yang namanya Gandhi, bumi ini mampu menghidupi seluruh penghuni bumi, tapi tidak untuk satu orang yang tamak dan serakah. Berarti, jangan-jangan kemiskinan itu musuhnya kesederhanaan. Kalau seluruh komunitas manusia melakukan soal-soal kesederhanaan, bisa-bisa kemiskinan bisa berkurang kalau begitu. Walaupun tidak akan punah..
Ngomong-ngomong, kira-kira ada tiga ratus tiga puluh ribu empat ratus tiga puluh satu orang bernama Seruni, aku tidak tahu apakah ada satupun yang pernah bermonolog seperti ini..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar