31 Desember 2014

Waktu dan Ketergesa-gesaan

"Di dunia ini, satu detik adalah satu detik adalah satu detik. Waktu melaju maju dengan keteraturan yang sangat indah, dengan kecepatan yang sangat tepat, pada setiap sudut ruang. Waktu adalah penguasa tanpa batas. Waktu adalah kemutlakan."
- 28 April 1905, Einstein's Dreams, Alan Lightman 

Mengapa di dunia yang semakin sejahtera ini, semua orang semakin merasa miskin waktu? Kita tidak lagi cukup sabar menunggu orang lain, dan orang lain juga tidak lagi sabar menunggu kita. Semua tergesa-gesa dengan waktu.

Sejak jaman Revolusi Industri, konsep waktu mulai dikaitkan dengan uang. Time is money, time value of money, time-based currency merupakan istilah yang menggambarkan bagaimana waktu menjadi sumber daya yang disetarakan dengan uang. Ketika kekayaan manusia semakin berlimpah, waktu menjadi semakin berharga; dan tentunya terasa semakin langka.

Waktu selalu memburu-buru kita. Ketika bekerja, prioritas tugas disusun berdasarkan metode manajemen waktu; mana yang penting, mana yang mendesak, mana yang tidak. Tetap saja, tablet dan telepon membawa pekerjaan kantor ke rumah dan jalan pulang kita hampir tidak pernah melihat matahari. 

Juga pada ketika libur. Liburan kita harus menjadi sangat berkesan. Every moment should count. Begitu banyak hiburan yang perlu kita rasakan dalam waktu luang yang terbatas. Setiap satuan waktu harus digunakan untuk mengonsumsi kenikmatan yang berkualitas.

Sebastian de Grazia pada tulisannya "Of Time, Work and Leisure" tahun 1962 mengatakan kehidupan modern, yang berlimpah waktu luang dan uang, membuatnya jengkel. Semua orang berlari, berlari, dan berlari. Tetapi ke mana? Untuk apa? Orang-orang memperdagangkan waktu mereka untuk segala macam hal, tetapi apakah pertukaran itu layak?

Jauh sebelumnya, pada abad pertama, Lucius Annaeus Seneca melihat bagaimana banyak orang sibuk; semua orang tampaknya fana dalam ketakutan mereka, abadi dalam keinginan mereka, dan memboroskan waktu mereka. Dalam "On the Shortness of Life", ia mengatakan waktu di Bumi memang tidak pasti dan singkat, tetapi hampir semua orang memiliki cukup waktu untuk mengambil nafas dalam-dalam, merenung dalam beberapa pemikiran, sambil mencium beberapa tangkai mawar.

Seneca memberi nasihat pada saya, "Life, if well lived, is long enough."

Selamat Tahun Baru 2015.

***
Inspirasi: 
In search of lost time: Why is everyone so busy? - The Economists

Tidak ada komentar: