Beberapa minggu ini pekerjaan membawa saya menyaksikan beberapa operasi bedah otak di berbagai rumah sakit. Jenis kasus ini terjadi salah satunya disebabkan perdarahan di otak. Hal ini membutuhkan tindakan operasi darurat untuk menyelamatkan hidup pasien. Sekian kali menyaksikan operasi bedah otak memberikan saya kesimpulan bahwa pembedahan otak memerlukan standar dan prosedur yang paling rumit. Kalau rata-rata pembedahan jenis lain periode operasi selama tiga jam sudah terasa lama, pembedahan otak sedang bisa memakan waktu hingga 8 jam. Malah pernah saya dengar ada pembedahan otak yang dilakukan non-stop pada skala hari, lebih dari 24 jam!
Otak memang disebut-sebut sebagai organ manusia paling rumit di jagad raya. Sekitar 100 miliar sel neuron di dalam otak manusia dihubungkan dengan masing-masing 10 ribu sambungan synaps satu sama lain. Dengan massa sekitar 2% dari berat tubuh (sekitar 1,4 kg) saja, otak mendapatkan 20% aliran darah tubuh. Demikian tinggi kebutuhan hidupnya sehingga bila tidak mendapatkan oksigen selama 3 menit saja, sel-sel saraf pada otak akan mulai mati.
Mati secara medis didefinisikan sebagai berhentinya aktivitas otak. Meskipun denyut jantung sudah berhenti, asal otak belum mati seseorang masih dikatakan hidup. Sebaliknya, seseorang dapat dikatakan sudah mati bila otak sudah berhenti aktivitasnya padahal masih ada pernafasan dan detak jantung misalnya menggunakan alat pendukung kehidupan. Hal ini dapat dilihat di rumah sakit pada pasien mati batang otak yang ‘hidup’ dengan bantuan ventilator atau dengan bantuan mesin pengganti jantung paru. Segera setelah alat pendukung kehidupan ini dihentikan, keseluruhan aktivitas kehidupan orang yang mati otak akan berhenti.
Otak dikaitan dengan fungsinya yang sangat rumit. Sementara ini, manusia masih sangat sedikit mengetahui tentang cara kerja otak. Awalnya kita mengkaitkan tingkah manusia yang tidak biasa dengan Mistisisme seperti dengan istilah sejenis ‘kesurupan’. Selanjutnya kita mengenal Psikologi yang berusaha menjelaskan hal-hal seputar pikiran dan perilaku. Lima puluh tahun terakhir, Neuroscience berkembang mengurusi hal-hal seputar otak berkembang sangat pesat. Hal-hal ini adalah upaya manusia memahami otak, pikiran, dan jiwa.
Secara biologis, fungsi otak adalah untuk mempromosikan keberlangsungan kehidupan hewan yang memilikinya (termasuk manusia). Mulai dari fungsi otonom, seperti respirasi dan denyut jantung hingga fungsi sadar seperti makan, reproduksi, atau berpindah tempat, semuanya dilakukan dengan kendali dari otak dan jaringan saraf.
Pada manusia, fungsi otak ini berkembang, tidak hanya mengurusi hal-hal dasar meningkatkan keberlangsungan kehidupan individu saja. Manusia mulai dapat menggunakan otaknya untuk ‘berpikir’, menghasilkan kebudayaan, dan membangun peradaban. Dari sudut pandang psikologi, fungsi paling penting dari otak adalah sebagai struktur fisik yang melandasi pikiran dan perilaku.
Akhirnya, keberadaan jiwa dikorelasikan dengan organ otak. Jiwa (soul), ‘kesadaran’ (consciousness), ke-aku-an (the self), kepribadian (personality) adalah topik-topik yang dahulu dikaitkan dengan agama dan filosofi. Sekarang hal-hal ini diteliti secara mendalam pada ilmu neuroscience yang berkembang cepat.
Pada beberapa tulisan ke depan, saya mencoba obrol-obrol beberapa hal seputar otak, pikiran, dan jiwa. Karena benda-benda ini (kalau boleh disebut sebagai benda) menyentuh berbagai area multidisiplin, saya ingin mengatakan dari awal bahwa saya tidak memiliki kompetensi formal untuk disiplin yang berkaitan. Apa yang dipaparkan ini tidak lebih dari hasil cari-mencari dari berbagai sumber tertulis yang dapat saya cerna. Jadi, bila sakit berlanjut, mohon hubungi dokter. Mari kita obrol-obrol tentang wacana seputar Otak-Pikiran-Jiwa.
Cautionary Tales – Demonising Dungeons and Dragons (Classic)
2 hari yang lalu
1 komentar:
gue suka blog ini! You do a great job, keep it up and thank you for posting.
Posting Komentar