Hingga saat ini, proses berpikir memang terbukti terjadi di organ yang bernama otak. Seiring dengan perkembangan ilmu anatomi dan fisiologi manusia, ternyata otak juga bertanggung jawab pada berbagai proses lainnya yang juga tidak kalah rumit. Dengan perkembangan ilmu neuroscience saat ini, berbagai penemuan struktur dan fungsi bagian otak membantu kita memahami berbagai macam fenomena seputar manusia. Paul MacLean berpendapat ada tiga bagian otak dalam kepala manusia, masing-masing mewakili lapisan evolusi yang berbeda. Paradigma ini disebut konsep "Triune brain.”
Reptilian Complex
Bagian pertama, yaitu otak primitif (reptilian complex) atau otak basal meliputi batang otak dan otak kecil (cerebellum). Batang otak mengendalikan fungsi vital kehidupan, seperti sistem jantung pembuluh darah dan pernafasan. Otak kecil berfungsi mengintegrasikan persepsi indera, selain juga koordinasi dan kendali gerakan. Bagian ini juga berperan dalam kesadaran dan mengatur siklus tidur dan tetap aktif meskipun dalam fase tidur yang dalam. Gangguan pada batang otak dapat menimbulkan gangguan yang serius dan mengancam jiwa.
Kematian klinis ditentukan dari berhentinya aktivitas batang otak sehingga tidak adanya refleks batang otak dan pernapasan spontan. Pada kasus mati batang otak, denyut jantung dan pernafasan masih terjadi meskipun akan berhenti segera setelah alat pendukung kehidupan (ventilator) dihentikan. Di negara maju, saat ini wacana yang berkembang adalah donor organ dari pasien mati batang otak ke pasien penerima. Di Indonesia, wacana yang berkembang mengenai etika penghentian alat pendukung kehidupan pada kasus mati batang otak (euthanasia), misalnya pada kasus artis terkenal Sukma Ayu. Menurut seorang saudara yang pernah tinggal di Jepang, ada rumah sakit di Jepang yang memiliki bangsal khusus yang merawat pasien mati batang otak. Meskipun sudah bertahun-tahun, alat pendukung kehidupan tetap dioperasikan dan keluarga pasien dapat berkunjung menjenguk pasien yang sudah tidak mungkin ‘hidup‘ ini!
Sistem limbikNeocortex
Bagian ketiga, yaitu otak tertinggi, meliputi neocortex atau otak besar (cortex cerebri). Pada manusia, cerebrum terbagi menjadi dua (hemisfer kiri-kanan) dan massanya mencapai dua pertiga total massa otak. Fungsi kognitif yang lebih tinggi pada manusia terjadi pada cerebrum dan berpengaruh pada kemampuan rasional seseorang, termasuk kemampuan menerima rangsang panca indera, memahaminya, menganalisa, dan merespon secara motorik. Hemisfer kiri mengatur bagian tubuh kanan, sebaliknya hemisfer kanan mengatur bagian tubuh kiri. Pada manusia terjadi lateralisasi fungsional hemisfer otak, kecenderungan hemisfer kanan lebih dominan pada kemampuan spasial, pengenalan wajah, musik, dan imajinasi abstrak; sedangkan, hemisfer kiri dominan pada bahasa, matematika, dan logika. Kedua hemisfer ini bekerja sama, terhubung dan bertukar informasi melalui “corpus callosum“.
Para ahli banyak mendapatkan informasi mengenai spesialiasi fungsi hemisfer ini dari operasi pemotongan corpus callosum. Jenis operasi ini dilakukan pada kasus epilepsi, yaitu untuk mencegah penyebaran serangan epilepsi dari hemisfer satu ke hemisfer lain. Pernah dengar yang ada tangan yang beraktivitas tanpa keinginan pemiliknya, atau disebut “alien-hand syndrome“? Pada kasus ini, tangan seseorang bergerak tanpa sadar dan memaksa orang ini menggunakan tangan sehatnya untuk mencegah aksi tangan aliennya. Kita bisa melihat penggambaran kasus ini pada tangan alien yang tiba-tiba mencekik leher sendiri seperti dalam film “Dr. Strangelove“. Hal ini terjadi karena putusnya komunikasi antara hemisfer kiri dan kanan melalui corpus callosum.
***
Berdasarkan konsep "triune brain", setiap bagian berfungsi seperti komputer yang saling terhubung, masing-masing dengan intelegensi, subjektivitas, dan memori yang tersendiri. Hipotesis ini membuat kita berpikir kembali bagaimana otak bekerja. Kalau sebelumnya kita berasumsi bahwa otak tingkat tertinggi, neocortex mendominasi otak tingkat lainnya, hipotesis ini menunjukkan bahwa kejadiannya tidak selalu seperti itu. Misalnya sistem limbik yang mengatur emosi, dapat mempengaruhi fungsi mental bagian neocortex ketika kita sedang marah atau takut. Hal yang berbau dogmatis dan paranoid misalnya, yang memiliki basis fisik pada sistem limbik, dan sering kali lebih dominan daripada proses berpikir rasional.
Dengan perkembangan ilmu neuroscience yang sangat pesat, sebenarnya konsep "Triune brain” ini mulai dianggap kadaluwarsa dan banyak sanggahan yang diajukan oleh berbagai riset terbaru. Kalau kita lihat di wikipedia, artikel mengenai teori ini banyak mengalami revisi. Hal ini wajar, mengingat neuroscience masih muda dan banyak hal-hal yang masih menunggu untuk ditemukan. Yang pasti, ke depannya makin banyak penemuan lain seputar otak dan cara kerjanya yang akan membuat kita harus meredefinisikan lagi pemahaman kita mengenai banyak hal.
Omong-omong tentang otak yang berpikir, saya jadi ingat sebuah anekdot tentang otak orang Indonesia di internet. Konon otak orang Indonesia sangat digemari dan jadi rebutan di antara calon penerima donor otak manusia. Di bursa pasar gelap, harga otak manusia Indonesia dikabarkan paling tinggi. Setiap ada persediaan hampir bisa dipastikan langsung laku terjual. Orang-orang pun heran. Mengapa bukan otak orang Yahudi yang terkenal cerdas-cerdas itu yang diburu? Mengapa bukan otak orang-orang Jepang, yang tersohor memiliki kemampuan tinggi dalam bidang teknologi, yang diperebutkan? Atau, mengapa tidak otak orang Cina yang sudah dikenal luas lihai berbisnis? Mengapa justru otak orang Indonesia? Setelah dilakukan semacam penelitian, ternyata persepsi para penerima donor otak dalam menentukan pilihan bukan pada standar umum seperti asumsi di atas. Jawab mereka: “Habis, otak orang Indonesia rata-rata masih MULUS. SOALNYA JARANG DIPAKAI!” :)